Minggu, 09 November 2014

Analisis kasus: Ketidakpuasan kerja

Nahas benar nasib Nurmayanti, seorang Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang disekap majikannya di  Jalan Perumahan Reni Jaya, Blok Y 7 Nomor 9 RT 002 RW 012 Kelurahan Benda Pamulang, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan.

Wanita berusia 20 tahun asal Pemalang Jawa Tengah itu babak belur setelah disiksa oleh majikannya bernama Didi. Mirisnya lagi, selama lima tahun bekerja Nurmayati tidak pernah diberi gaji.

"Apabila saat bekerja ada kesalahan dilakukan korban, maka gajinya hangus, tidak boleh makan dan minum. Korban juga sering mendapat perlakuan kekerasan dari majikan dan keluarganya," ujar Kepala Unit IV Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan Ipda Nunu.

Tidak hanya itu, Nunu juga mengungkapkan, selama bekerja untuk keluarga Didi, Nurmayanti tidak pernah diizinkan untuk pulang ke kampung halamannya, termasuk ketika Hari Raya Idul Fitri. "Saat lebaran, dia hanya dibelikan baju lebaran," kata Nunu.

Kasus ini terungkap setelah polisi menerima laporan dari warga di lingkungan rumah pelaku pada Kamis malam. Diketahui, Nurmayanti juga disiksa oleh tiga anggota keluarga lainnya, yaitu Adyar (40), Aryanti (40), dan Arviyani (40).

"Mereka juga memperlakukan korban bukan selayaknya sebagai PRT. Diduga mereka memiliki kelainan jiwa karena menganiaya korban memakai gesper dan tembakan lem," ujar Nunu.

Nunu mengungkapkan, kondisi korban cukup parah. Mata sebelah kiri korban berwarna merah dan telah ditutup perban, dibagian bawah mata sebelah kanan, lebam.

Begitu pula dibagian dahi mengalami luka lebam, leher kanan terlihat luka akibat lilitan ikat pinggang dari majikannya. Hingga saat ini para pelaku tengah diperiksa oleh penyidik Polres Metro Jakarta Selatan.

Berdasarkan pengakuan korban, dia bertemu para tersangka di kawasan Jakarta Barat. Saat itu korban ditawarkan untuk bekerja sebagai PRT dengan gaji Rp350ribu per bulan.

Namun setelah bekerja, sang majikan menjanjikan akan membayar gaji setelah lima bulan bekerja, kenyataannya hingga saat ini penghasilannya belum dibayarkan.

Tanggapan/analis kasus mengenai kasus di atas:

Contoh kasus di atas menjelaskan bahwa PRT tersebut tidak mendapatkan kepuasan kerja saat dia bekerja, karena kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai. Sedangkan Nurmayati saat bekerja kebutuhannya belum terpenuhi, seperti tidak mendapatkan gaji selama lima tahun, tidak boleh makan dan minum dan gaji akan hangus apabila Nurmayati melakukan kesalahan, mirisnya lg Nurmayati juga di siksa oleh majikannya.

http://metro.news.viva.co.id/news/read/555910-5-tahun-bekerja--prt-di-pamulang-disiksa-dan-tak-digaji

Tugas pertemuan 2: Psikologi Manajemen

PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAGEMENT
A.    Definisi pengorganisasian

Istilah organisasi  berasal dari kata organum, yang berarti alat, bagian atau komponen-komponen. Di dalam pendekatan manajemen, istilah organisasi mempunyai dua arti umum. Arti pertama mengacu pada suatu lembaga (instisusi) atau kelompok fungsional. Arti kedua mengacu pada proses perngorganisasian, yaitu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapkan melaksanakan fungsi penting untuk membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri.
Pengorganisasian (organizing) adalah mengumpulkan dan mengoordinasikan manusia, keuangan, hal-hal fisik, hal yang bersifat informasi, dan sumber daya lainnya yang perlu untuk mencapai tujuan organisasi. Aktivitas-aktivitas pengorganisasian termasuk menarik orang-orang ke dalam perusahaan, menentukan tanggung jawab pekerjaan, mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan ke dalam unit kerja, menyusun dan mengalokasikan sumber-sumber daya, serta menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan orang-orang dan hal-hal lainnya bekerja sama untuk mencapai kesuksesan maksimum.
Organizing adalah pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada setiap orang yang terlibat dalam mencapai tujuan yang telah dibuat. Pengorganisasian juga berarti mengelola pengalokasian sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Pengorganisasian yang baik sangat bermanfaat karena:
·         Membuat setiap orang mendapat kejelasan tentang apa saja yang menjadi tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya
·         Orang semakin mendapat kejelasan tentang mengapa ia perlu melakukan suatu pekerjaan dan ini akan sangat memotivasinya
·         Memudahkan kerjasama yang baik dalam tim unit kerja supervisor
·         Proses pengambilan keputusan menjadi lebih cepat
·         Memberi kesempatan kepada setiap orang untuk berpikir kratif dan inovatif terhadap pekerjaan dan masalah yang ada

A.    Pengorganisasian sebagai fungsi manajemen
Fungsi pengorganisasian
Hal-hal yang perlu diketahui dalam fungsi pengorganisasian adalah sebagai berikut.
1)      Adanya pendelegasian wewenang dari manajemen puncak kepada manajemen pelaksana.
2)      Adanya pembagian tugas yang jelas.
3)      Memilik manajer puncak yang professional untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan.


ACTUATING DALAM MANAJEMEN
A.    Definisi actuating
Actuating adalah upaya yang dilakukan supervisor untuk memotivasi seluruh anggota tim agar mau mewujudnyatakan tujuan yang sudah direncanakan bersama dengan kesadaran yang tinggi. Pada proses ini, supervisor akan banyak berhadapan atau brinteraksi dengan para anggota atau bwahan di unit kerjanya. Setiap orang punya karakter dan perilaku yang berbeda-beda. Maka cara memotivasi dan bentuk motivasi yang diberikan tentu harus disesuaikan dengann kebutuhan dan karakter masing-masing bawahan.
Pelaksanaan (actuating) adalah upaya mewujudkan rencana, dalam upaya ini beberapa teori menyebutkan bahwa ada empat jenis utama fungsi yang terdapat di dalamnya, yaitu:
1.      Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus memastikan bahwa semua kegiatan telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk mengoordinasi aktivitas tim, harus dilakukan:
·         Koordinasi fungsi para anggota tim
·         Koordinasi kegiatan/pekerjaan
·         Komunikasi keputusan
2. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi.
3.     Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan meliputi:
·         Pemantauan dan pengawasan
·         Logistik (perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran, dan pengembalian barang)
·         Administrasi keuangan
·         Organisasi
4.    Pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama pelaksanaan.

B.  Pentingnya Actuating dalam Organisasi
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan penggerakan seluruh potensi sumber daya manusia dan nonmanusia pada pelaksanaan tugas. Semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi. Setiap SDM harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi masing-masing SDM untuk mencapai visi, misi dan program kerja organisasi yang telah ditetapkan.


C. Prinsip-prinsip actuating
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
a)      Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
b)      Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang  terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
c)      Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Cara-cara pengarahan
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1.           Orientasi
Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain, :
1)      Tugas itu sendiri
2)      Tugas lain yang ada hubungannya
3)      Ruang lingkup tugas
4)      Tujuan dari tugas
5)      Delegasi wewenang
6)      Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
7)      Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.

2.            Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang berada dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu. Jadi, perintah itu berasal  dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah tidak dapat diberikan kepada orang lain  yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lain yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a.       Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer, kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus bersifat lebih mendetail.
b.      Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya, sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c.       Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi. Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula berupa bujukan dan ajakan.

3.      Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini :
a.       Penentuan Masalah
b.      Penetapan Tujuan
c.       Penetapan Tugas dan sumber daya penunjang
d.      Menggerakan dan Mengarahkan
e.       Memiliki Keberhasilan SDM

MENGENDALIKAN FUNGSI MANAJEMEN
A.    Definisi controlling
Controlling (pengendalian/pengawasan) bukan hanya sekadar mengendalikan pelaksanaan program dan aktivitas organisasi, melainkan juga mengawasi, sehingga jika diperlukan dapat mengadakan koreksi. Dengan demikian, apa yang dilakukan staf dapat diarahkan ke jalan yang tepat dengan maksud pencapaian tujuan yang telah direncanakan. Inti dari controlling adalah proses memastikan pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.
Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan tujuan organisasi dan program kerja, dibutuhkan pengontrolan, baik dalam bentuk pengawasan, inspeksi, maupun audit. Kata-kata tersbut memang memiliki makna yang berbeda, tetapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengorganisasian.
Proses pengawasan sebagai bagian dari pengendalian akan mencatat perkembangan organisasi ke tujuan yang diharapkan dan memungkinkan pemimpin mendeteksi penyimpangan dari perencanaan tepat pada waktunya untuk mengambil tindakan korektif sebelum terlambat. Melalui pengawasan yang efektif terhadap aktivitas organisasi, upaya pengendalian mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

Manfaat pengawasan:
·         Dapat mengetahui sejauh mana program telah dilaksanakan.
·         Dapat mengetahui adanya penyimpangan.
·         Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya mencukupi.
·         Dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
·         Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan/promosi.
Pengawasan dibedakan menurut sifat dan waktunya:
1.      Preventive control
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Pemimpin mengawasi perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan hingga persiapan yang dilakukan, termasuk rekrutmen anggota.
2.      Repressive control
Pengawasan yang dilakukan setelah kegiatan berlangsung dengan mengawasi hasil yang dari pelaksanaan kegiatan, evaluasi, dan laporan yang didapatkan (melakuka pengukuran capaian hasil),
3.      Pengawasan saat proses dilakukan
Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan proses, sehingga langsung mengikuti proses dan mengadakan koreksi jika ada penyimpangan.
4.      Pengawsan berkala
Pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kesepakatan (bisa satu, dua, atau tiga bulan sekali)
5.      Pengawasan mendadak (sidak)
Pengawasan yang dilaksanakan mendadak untuk meihat kinerja staf sehari-hari dan menghindari terjadinya penyimpangan.
6.      Pengawasan melekat (waskat)
Pengawasan yang dilakukan secara dekat terhadap staf. Hal ini sering dilakukan untuk tujuan-tujuan yang spesifik dan bersifat khusus, dengan tujuan menghindari sekecil-kecilnya penyimpangan atau kesalahan.

B.  Kontrol sebagai proses manajemen
Fungsi pengawasan
1)      Eksplanasi, pengawasan menghimpun informasi yang dapat menjelaskan mengapa hasil-hasil kebijakan publik dan program yang dicanangkan berbeda.
2)      Akuntansi, pengawasan menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial ekonomi yang terjadi setelah dilaksanakannya sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.
3)      Pemeriksaan, pengawasan membantu menentukan apakah sumberdaya dan pelayanan yang dimaksudkan untuk kelompok sasaran maupun konsumen tertentu memang telah sampai kepada mereka. Dan
4)      Kepatuhan, pengawasan bermanfaat untuk menentukan apakah tindakan dari para administrator program, staf dan pelaku lain sesuai dengan standar dan prosedur yang dibuat oleh legislator, instansi pemerintah dan atau lembaga profesional.

C.  Tipe-tipe controlling
Ada tiga tipe pengawasan (controlling), yaitu:
1.      Pengawasan pendahuluan
Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau  tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
2.      Pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan.
Merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan, untuk menjadi semacam peralatan “double check” yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
3.      Pengawasan umpan balik
      Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.

MOTIVASI
A.    Definisi motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi berasal dari kata motif yang berarti "dorongan" atau rangsangan atau "daya penggerak" yang ada dalam diri seseorang. Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu. Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya (Siagian, 2004).

Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari (Makmun, 2003). Motivasi seseorang dapat ditimbulkan dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri-intrinsik dan dari lingkungan-ekstrinsik (Elliot et al., 2000; Sue Howard, 1999). Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri sendiri untuk bertindak tanpa adanya rangsangan dari luar (Elliott, 2000). Motivasi intrinsik akan lebih menguntungkan dan memberikan keajegan dalam belajar. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu dan tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliott et al. (2000), mencontohkannya dengan nilai, hadiah, dan/atau penghargaan yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang.
Misalnya, dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan daya penggerak yang menjamin terjadinya kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang diinginkan dapat terpenuhi. Dengan demikian motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Apabila seseorang tidak mempunyai motivasi untuk belajar, maka orang tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk dapat belajar dengan baik di perlukan proses dan motivasi yang baik, memberikan motivasi kepada pembelajar, berarti menggerakkan seseorang agar ia mau atau ingin melakukan sesuatu.

B.     Teori-teori motivasi

1.      Teori Motivasi Kebutuhan ( menurut Abraham Maslow)
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow.  Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas.  Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal. (Maslow. (Inggris)A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row, 1954, hal. 57-67.)
1.      Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
2.      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3.      Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4.      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
5.      Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)
Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Prinsip pikiran Abraham Maslow berangkat dari kebutuhan manusia yang disusun secara hierarki dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan pemenuhan diri. Abraham maslow menekankan prilaku manusia disebabkan oleh motivasi tertentu yang bergerak secara sistematis demi sebuah “grows need” atau pemuasan kebutuhan.

2.      Teori Motivasi Herzberg
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivatormemotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

3.      Teori achievement Mc Clelland
Menurut  Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
 1.    Need for achievement (kebutuhan akan prestasi dorongan untuk melebihi, mencapai standar-         standar, berusaha keras untuk berhasil.)
2.      Need for afiliation keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan           akrab (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
3.    Need for Power kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa                    sehingga      mereka tidak akan berperilaku sebaliknya (dorongan untuk mengatur)

4.    Teori X dan Y Douglass Mc Gregor
Douglas McGregor menemukan teori X dan teori Y setelah mengkaji cara para manajer berhubungan dengan para karyawan.  Kesimpulan yang didapatkan adalah pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

Ada empat asumsi yang dimiliki manajer dalam teori X.
·         Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan dan sebisa mungkin berusaha untuk            menghindarinya.
·        Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipakai, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
·     Karyawan akan mengindari tanggung jawab dan mencari perintah formal, di mana ini adalah asumsi ketiga.
·    Sebagian karyawan menempatkan keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Bertentangan dengan pandangan-pandangan negatif mengenai sifat manusia dalam teori X, ada pula empat asumsi positif yang disebutkan dalam teori Y.
·        Karyawan menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau      bermain.
·         Karyawan akan berlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
·         Karyawan bersedia belajar untuk menerima, mencari, dan bertanggungjawab. 
·      Karyawan mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.

5.      Teori Motivasi Clayton Alderfer
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mengemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi. 

6.      Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
1.      Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
2.      Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
3. Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

C.     Definisi motivasi kerja
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Mangkunegara (2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.

KEPUASAN KERJA
A.    Definisi kepuasan kerja
Newstrom: mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau tidak mendukung yang dialami [pegawai] dalam bekerja
Wexley dan Yukl: mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
Taufik Noor Hidayat: Keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Angga Leo: Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua dimensi, pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai.

B.     Aspek-aspek kepuasan kerja
1.      Kerja yang secara mental menantang,Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2.      Ganjaran yang pantas, Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3.      Kondisi kerja yang mendukung, Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
4.      Rekan kerja yang mendukung, Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
5.      Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan, Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.

C.     Faktor-faktor penentu kepuasan kerja
(Levi, 2002) lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1.   Pekerjaan itu sendiri (Work It self), Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2.  Atasan(Supervision), atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.   Teman sekerja (Workers), Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.   Promosi(Promotion), Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5.  Gaji/Upah(Pay), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.


SUMBER

Umar, Husein. (2000). Business an introduction. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Bateman, Thomas S., Snell, Scott A. (2008). MANAJEMEN edisi 7 kepemimpinan dan kolaborasi dalam dunia yang kompetitif. Jakarta: Salemba Empat.
S, Alam. (2007). Ekonomi untuk SMA dan MA kelas XII. Jakarta: Esis.
Ramli, Samsul., Fahrurrazi. (2014). Bacaan wajib swakelola pengadaan barang/jasa pemerintah. Jakarta: Visimedia
Purba, Herdiato. (2009). Great supervisor. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Cute Hello Kitty 13