Kamis, 21 Januari 2016

Tugas Sistem Informasi Psikologi



WES (WORK ENVIRONMENT SOLUTION)




Be Success with us, WESolution...!


Dikutip dari situs Kementerian Perindustrian Indonesia, kualitas tenaga kerja Indonesia masih tergolong rendah dikarenakan faktor pendidikan yang belum baik, dalam problematika lain, dijelaskan mengapa Indonesia tertinggal dalam hal tenaga kerjanya, adapun hal tersebut dikarenakan tenaga kerja berdasarkan pendidikan akhir di Indonesia masih rendah dan tertinggal dengan negara lain seperti Malaysia yang saat ini 75 persen penduduknya ialah lulusan perguruan tinggi dan jika dibandingkan dengan Korea, pada saat ini indonesia juga sangat tertinggal dimana 90 persen penduduknya ialah tamatan perguruan tinggi, sangat jauh dibandingkan Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut dan didukung juga banyak faktor problem kualitas tenaga kerja Indonesia, maka dibentuklah biro konsultasi dan pelatihan kami untuk menangani permasalahan tenaga kerja, berikut juga dengan perusahaan milik anda yang mengalami kesulitan dengan hal ketenagakerjaan tersebut.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi website kami dengan klik link dibawah ini :


*Biro ini hanya rekayasa, dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan

Jumat, 26 Juni 2015

Psikoterapi

Terapi client centered
Seseorang akan menghadapi persoalan jika diantara unsur-unsur dalam gambaran terhadap diri sendiri timbul konflik dan pertentangan, lebih-lebih antara siapa saya ini sebenarnya (real self) dan saya seharusnya menjadi orang yang bagaimana (ideal self). Berbagai pengalaman hidup menyadarkan orang akan keadaan dirinya yang tidak selaras itu, kalau keseluruhan pengalaman nyata itu sungguh diakui dan tidak di sangkal.
Contoh kasusnya
Pada terapi client centered ini seseorang remaja yang mengalami ketidakpercayaan diri yang diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan dimasa kecilnya. Remaja tersebut merasa jika dia berhadapan dengan orang lain merasa tidak berharga dan merasa gugup sampai-sampai remaja tersebut kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya karena dia kurang percaya diri. Menyadari hal tersebut remaja ini merasa sampai kapan hidupnya seperti ini terus. Akhirnya dia datang untuk terapi ke konselor, dia menceritakan apa masalah yang dihadapinya. Sang konselor pun menunjukan rasa empatinya terhadap kliennya, tetapi konselor tersebut berusaha agar kliennya itu untuk tidak bergantung dengan terapisnya tetapi terapis meyakini bahwa kliennya tersebut dapat menyelesaikan masalahnya itu sendiri dan dapat percaya diri dihadapan orang lain. Dan remaja tersebut mau mendengarkan apa yang diucapkan oleh terapis tersebut sampai akhirnya remaja tersebut menemukan kepercayaan dirinya kembali.
Pada proses terapinya, klien menjadi pusat dari terapi ini di mana terapis lebih membiarkan klien menemukan jalan keluarnya sendiri. Jadi remaja ini di buat mengerti dan paham akan masalah yang sedang dihadapinya dan terapis tidak memaksakan klien untuk menceritakan masalahnya bila klien sedang tidak ingin menceritakannya, klien hanya memberikan pandangan tentang masalah yang sedang dihadapinya sedangkan pilihan dan prosesnya klien yang menentukannya.

Sabtu, 21 Maret 2015

Psikoterapi? Apa sih psikoterapi itu?

Psikoterapi??? Jadi apa sih sebenarnya psikoterapi itu? Jangan bingung lagi yaaaa tentang apa itu psikoterapi. Langsung aja di bawah ini saya akan memaparkan secara ringkas apa itu psikoterapi.

1.      Definisi psikoterapi
Psikoterapi mempunyai arti sederhana, yaitu “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind” atau sederhananya; jiwa dan “therapy” dari bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempit adalah perawatan terhadap aspek kejiwaan.

Psikoterapi adalah suatu interaksi sistematis antara pasien dengan terapis  yang menggunakan prinsip-prinsip psikologis untuk membantu pasien dalam mengatasi tingkah laku abnormal, memecahkan masalah-masalah dalam hidupnya dan membantu mengembangkan agar menjadi individu yang lebih baik lagi.

Menurut Wolberg, psikoterapi merupakan suatu bentuk perawatan atau treatment terhadap masalah yang muncul dari faktor emosi yang akan dilakukan secara terencana untuk mengubah, mencegah agar suatu simtom tidak muncul pada seseorang yang terganggu pola perilakunya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi secara positif.

Selanjutnya menurut Branch (1981), psikoterapi ialah suatu proses antara dua orang berinteraksi atau berusaha untuk mencapai pemahaman satu sama lain agar mencapai ke arah yang menuju ke perkembangan diri. 

Jadi, psikoterapi adalah suatu interaksi antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip -prinsip psikologis untuk melakukan suatu bentuk perawatan atau treatment agar membantu klien mencapai ke arah perkembangan diri yang lebih positif.

2.      Tujuan psikoterapi
Ada lima tujuan psikoterapi. Kelima tujuan tersebut diutarakan di bawah ini (Huffmann, et al., 1997).
a)      Pikiran-pikiran kalut. Individu yang mengalami kesulitan secara khas menderita konfusi atau tidak bisa memecahkan masalah-masalahnya para terapis berusaha mengubah pikiran-pikiran individu serta membimbing individu untuk menemukan pemecahan terhadap masalah mereka sendiri.
b)      Emosi-emosi yang kalut. Orang-orang yang mencari terapi biasanya mengalami emosi yang tidak menyenangkan. Terapis membantu pasien mendorong untuk mengungkapkan perasaan mereka secara bebas dan menggantikan perasaan putus asa dan perasaan tidak mampu dengan perasaan-perasaan yang mengandung harapan dan percaya kepada diri sendiri.
c)      Tingkah laku-tingkah laku yang kalut. Para terapis  membantu klien mereka menghilangkan tingkah laku yang menganggu dan membimbing mereka menuju kehiudpan yang lebih efektif.
d)     Kesulitan-kesulitan antarpribadi dan situasi kehidupan. Terapis membantu klien memperbaiki hubungan mereka dengan keluarga, teman-teman, dan kolega-kolega seprofesi. Terapis juga membantu klien menghindari sumber-sumber stress yang ada disekitar lingkungannya.
e)      Gangguan-gangguan biomedis. Individu yang mengalami kesulitan terkadang menderita gangguan biomedis yang bias menyebabkan atau menambah kesulitan psikologis. Para terapis mebantu menghilangkan masalah ini dengan obat-obatan atau dengan terapi elektrokonvulsif atau psikobedah (psychosurgery).

3.      Unsur-unsur psikoterapi
Masserman (lihat Karasu, 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada psikoterapi. Dalam hal ini termasuk peran social (“martabat”) psikoterapis, hubungan (persekutuan terapeutik), hak, retrospeksi, re-edukasi, rehabilitasi, resosialisasi, dan rekapitulasi.

4.      Perbedaan psikoterapi dan konseling
Perbedaan antara psikoterapi dan konseling sebenarnya tidak terlalu berbeda jauh, seperti yang diucapkan oleh Patterson (1959), karena beberapa metode pada masing-masing seperti rapport, peranan klien dan arah hubungan atau pendekatan semuannya dipakai oleh keduanya.

Perbedaan konseling dan psikoterapi disimpulkan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson & Rudolph (1983), sebagai berikut:

Konseling untuk
Psikoterapi untuk
1)      Klien
2)      Gangguan yang tidak terlalu serius
3)      Masalah jabatan, pendidikan
4)      Berhubungan dengan pencegahan
5)      Lingkungan pendidikan dan non medis
6)      Berhubungan dengan kesadaran
7)      Metode pendidikan
1)      Pasien
2)      Gangguan yang serius
3)      Masalah kepribadian dan pengambilan keputusan
4)      Berhubungan dengan penyembuhan
5)      Lingkungan medis
6)      Berhubungan dengan ketidaksadaran
7)      Metode penyembuhan

5.      Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness
Psikoterapi melakukan berbagai pendekatan terhadap mental illness:
  • Psychoanalysis & Psychodynamic: pendekatan ini berfokus pada alam bawah sadar seseorang untuk mengubah  masalah perilaku. Terapis akan menggali dan memahami penyebab suatu masalah yang berada di dalam alam bawah  sadar pasien agar bisa ditemukan solusinya.
  • Behavior Therapy: pendekatan in iberfokus pada hukum pembelajaran. Dimana perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Inti dari pendekatan ini ialah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi).
  • Cognitive Therapy: pendekatan ini lebih berfokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Dan pandangan pendekatan ini ialah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Dan tujuan utama pendekatan ini ialah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional.
  • Humanistic Therapy: pada pendekatan ini, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri.
  • Integrative/Holistic Therapy:  suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

6.      Bentuk-bentuk psikoterapi
Watkins (1960) yang dikutip oleh Wolman (1965) membagi dua penggolongan dalam metode psikoterapi, yaitu:
a.      Golongan suportif yang meliputi macam-macam teknik seperti: pemberian saran (sugesti), pemberian nasihat, catharsis, hypnotherapy, manipulasi lingkungan, terapi bekerja dan konseling pastoral.
b. Golongan rekonstruktif yang meliputi macam-macam teknik seperti: psikoanalisis, konseling terpusat pada klien, terapi bermain pada anak dan terapi Gestalt

DAFTAR PUSTAKA

Arip, Mohammad Aziz Shah Mohamed., Bistaman, Nasir Mohammad., Jusoh, Ahmad Jazimin., Salim, Syed Sofian Syed., Saper, Noor. (2009). Kemahiran bimbingan dan kaunseling. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing

Gunarsa, Singgih D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Residen bagian psikiatri UCLA. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius


Sabtu, 17 Januari 2015

Psikologi Manajemen: Tugas 4

Pelatihan dan Pengembangan

A.    Definisi pelatihan

Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun masa mendatang.
Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan keterampilan kerja.
Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisi nya tersebut, Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.

B.    Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut:
1)      untuk mengembangkan keahlian, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif,
2)      untuk mengembangkan pengetahuan,sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, dan
3)      untuk mengembangkan sikap,sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).

Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005) terdiri dari :
1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur
2.  Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional)
3. Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di capai
4. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan

Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik. Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi: (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.

Adapun perbedaan antara pelatihan dan pengembangan menurut (Syafaruddin:2001 :217).
a)      Pelatihan
  • Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan saat ini.
  • Sasaran: Peningkatan kinerja jangka pendek.
  • Orientasi: Kebutuhan jabatan sekarang.
  • Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif rendah.
b)   Pengembangan
  • Tujuan: Peningkatan kemampuan individu bagi kepentingan jabatan yang akan datang.
  •  Sasaran: Peningkatan kinerja jangka panjang.
  •  Orientasi: Kebutuhan perubahan terencana atau tidak terencana.
  •  Efek terhadap karir: Keterkaitan dengan karir relatif tinggi.

C.    Faktor psikologi dalam pelatihan dan pengembangan

Secara umum berbagai teori, metode dan pendekatan Psikologi dapat dimanfaatkan di berbagai bidang dalam perusahaan.Salah satu hasil riset yang dilakukan terhadap para manager HRD menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden menyebutkan Psikologi Industri dan Organisasi  memberikan peran penting pada area-area seperti pengembangan manajemen SDM (rekrutmen, seleksi dan penempatan, pelatihan dan pengembangan), motivasi kerja, moral dan kepuasan kerja. 30% lagi memandang hubungan industrial sebagai area kontribusi dan yang lainnya menyebutkan peran penting PIO pada disain struktur organisasi dan desain pekerjaan.
Dalam kenyataan sehari-hari banyak faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Faktor-faktor tersebut seringkali tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan lain di luar psikologi. Contoh: dalam suatu team yang terdiri dari para pakar yang sangat genius  seringkali justru tidak menghasilkan performance yang baik dibandingkan dengan sebuah team yang terdiri dari orang-orang yang berkategori biasa-biasa saja.

Beberapa Fungsi Psikologi Industri dan Organisasi
  1.   Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada produktivitas: melakukan pelatihan dan pengembangan, menciptakan manajemen keamanan kerja dan teknik-teknik pengawasan kinerja, meningkatkan motivasi dan moral kerja karyawan, menentukan sikap-sikap kerja yang baik dan mendorong munculnya kreativitas karyawan.
  2. Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada pemeliharaan: melakukan hubungan industrial (pengusaha-buruh-pemerintah), memastikan komunikasi internal perusahaan berlangsung dengan baik, ikut terlibat secara aktif dalam penentuan gaji pegawai dan bertanggung jawab atas dampak  yang ditimbulkannya, pelayanan berupa bimbingan, konseling dan therapi  bagi karyawan-karyawan yang mengalami masalah-masalah psikologis.

D.    Teknik dan metode pelatihan dan pengembangan

1.  Metode praktis (on the job training)
Teknik-teknik on the job merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan dilatih langsung seorang pelatih yang berpengalaman (biasanya karyawan lain).

2. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi (off the job training)
Pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan (artificial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya. Dan tujuan utama teknik presentasi (penyajian) informasi adalah untuk mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta.


SUMBER







Cute Hello Kitty 13