Sabtu, 03 Mei 2014

Tugas 1: Kesehatan Mental

Neorisis (psikoneurosis)
Seorang pria mengeluh karena merasa sakit di sekitar jantungnnya. Ia kemudian pergi kedokter dan dokter mengatakan ia tidak menemukan penyebab organik dari penyakitnya itu. Seorang perajurit yang akan pergi kemedan perang tiba-tiba tidak dapat mengangkat lengan kanannya. Secara fisik ia tidak cedera, tetap tangannya benar-benar lumpuh.
Semua tingkah laku yang dikemukakan diatas disebut penyesuaian diri neurotik. Dalam psikiatri sebenarnya pengertian neurosis itu bermacam-macam. Neurosis dalam psikoanalisis menurut tokoh terkenal, Sigmund Freud adalah kesehatan jiwa dan badan yang terganggu karena adanya konflik dan kesulitan dalam jiwa individu. Dasar dari adanya neurosis menurut psikoanalisis ialah adanya konflik dan kesulitan batin. Pengertian neurosis tidak akan dibatasi menurut pengertian-pengertian diatas. Penderita neurotik jadi sakit karena merasa tertekan dari luar dan dari dalam serta memperlihatkan sintom-sintom yang melumpuhkan meskipun tidak begitu berat dibandingkan dengan gangguan mental yang lain. Disini, neurosis dapat didefinisikan sebagai gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh tegangan emosi sebagai akibat dari frustasi, konflik, represi, atau perasaaan tidak nyaman.
Meskipun bentuk dari neurosis itu beraneka ragam dan setiap penderita neurotik sangat uni dalam memperlihatkan sintom-sintom tertentu, tetapi beberapa ciri umum dapat ditemukan dalam semua bentuk neurosis. Ciri-ciri umum itu ialah:

1.Kecemasan
Penderita neurotik selalu dibayang-bayangi oleh perasaan ngeri atau takut. Ia selalu gelisah walaupun berada dalam keadaan-keadaan yang biasa. Kecemasan neurosis harus dibedakan dari ketakutan. Ketakutan adalah respon emosional yang seimbang dengan bahaya yang dihadapi dalam kenyataan, sedangkan kecemasan neurosis merupakan reaksi yang tidak seimbang dengan besarnya bahaya yang ada.
Kecemasan neurosis adalah perasaan tidak aman yang berkembang dalam individu yang disebabkan oleh situasi-situasi lingkungan yang rupanya tidak berbahaya atau hanya sedikit menekan. Kecemasan-kecemasan neurotik juga mungkin muncul, misalnya oleh impuls-impuls yang dialaminya yang bersifat seksual atau agresif.
2. Tidak Dapat Berfungsi Sesuai dengan Kapasitas
Biasanya penderita neurotik tidak dapat mewujudkan potensinya dan gagal mencapai keberhasilan. Ia bekerja, tetapi selalu mengalami sintom-sintom somatik yang melemahkan, selalu merasa cemas dan takut-takut, waktu dihabiskan hanya dengan memikirkan dirinya sendiri, dan tidak mampu menjalin hubungan yang sehat
3. Pola Tingkah laku yang Kaku atau Diulang-ulang
Ciri tingkah laku neurosis kadang-kadang disebut kebodohan neurotik (neurotic stupidity). Penderita tersebut rupanya tidak mampu mempelajari cara-cara baru untuk menyesuaikan diri dengan masalah-masalah kehidupan. Ia menganut pola-pola kaku digunakannya secara tidak tepat untuk berbagai situasi (selalu membuat respons yang sama dan tidak tepat). Pola tingkah laku kompulsif merupakan salah satu contoh kekalutan tersebut.
4. Sikap Egosentrik
Orang yang neurotik selalu mengutamakan dirinya sendiri. Kesadaran akan dirinya sendiri lebih kuat dibandingkan dengan orang yang normal dan akibatnya ia selalu membandin-bandingkan dirinya sendiri dan situasinya dengan orang lain dan situasi mereka. Ia sering menuntut kepada orang lain hanya karena ia ingin mementingkan dirinya sendiri.
5. Hipersensitif
Karena tingginya tingkat ketegangan yang dialami, maka penderita neurotik secara khas mengadakan reaksi berlebihan terhadap situasi kehidupan. Sifat ini diperlihatkan dengan sikap mudah tersinggung, tidak mampu menahan kritik, bereaksi secara berlebihan terhadap pujian atau sanjungan, sering mengeluh tentang perasaan fisik yang tidak enak walaupun hanya kecil, dan bereaksi dengan hebat terhadap situasi-situasi stres yang normal
6. Tidak Matang
Para penderita neurotik pada umumnya adalah orang-orang yang telah gagal mengembangkan pola-pola emosi dan motivasi yang dewasa. Hubungan emosional mereka sering berceritakan ketergantungan dan kebutuhan-kebutuhan yang berlebihan
7. Keluhan-Keluhan dan Sintom-Sintom Somatik
Perasaan tidak enak atau lemah sebagai sintom-sintom fisik merupakan hal-hal yang paling sering menyebabkan penderita neurotik menganggap dirinya sebagai orang yang sakit. Penyakit fisik yang dasarrnya psikogenik itu mungkin berwujud rasa sakit di bagian-bagian tertentu dari tubuh, disfungsi sistem organ tubuh, hipersensitif, bahkan mungkin kelumpuhan.
8. Tidak Bahagia
Karena menderita banyak gangguan, maka mudah dipahami mengapa penderita neurotik menjadi orang yang tidak bahagia. Merasa kesepian, merasa sakit, atau “kehilangan hal-hal yang enak dan menyenangkan dalam hidup” adalah ciri-ciri khas dari penderita neurotik.
9. Motivasi Tak Sadar
Pada individu yang normal. Motivasi tak sadar merupakan dasar bagi banyak tingkah laku, sedangkan pada penderita neurotik motivasi tak sadar menguasai reaksi-reaksi yang penting terhadap situasi-situasi kehidupan.
Perbedaan antara neurosis dan psikosis adalah:
1.      Dalam neurosis tidak ada patoloi organik yang elevan. Penyebab tingkah laku neurotik adalah psikologis meskipun pada akhirnya dapat menimbulkan patologi organik atau ada kaitannya dengannya
2.      Tidak ada disorganisasi kepribadian yang berat seperti terdapat pada reaksi-reaksi prikotis. Orang yang neurotik secara relatif masih terintegrasi dengan baik
3.      Tidak ada distorsi terhadap kenyataan. Persepsi orang yang neurotik mengenai lingkungan masih tetap berada dalam batas-batas normal. Misalnya : berhalusinasi /delusi
4.      Tidak ada gangguan-gagguan perasaan yang dalam dan bertahan lama.
5.      Potensi-potensi intelektualnya tetap tidakterpengaruh, meskipun dalam kondisi neurotik, terutama dalam kasus kecemasan yang berlebihan yang mungkin sementara waktu dapatmenghalagi potensi-potensi intelektualnya.
Disini akan diklasifikasikan reaksi-reaksi neurotik sebagai berikut:
1.      Gangguan-gangguan kecemasan
2.      Gangguan-gangguan somatoform
3.      Gangguan-gangguan disosiatif
4.      Gangguna-gangguan inipolar (depresi)
5.      Bunuh diri
6.      Gangguan-gangguan psikofisiologis


Gangguan-Gangguan Kecemasan
Suatu kelompok gangguan dikenal dengan sebutan gangguan-gangguan kecemasan. Seperti tersirat dalam sebutan tersebut, dalam gangguan0gangguan ini, kecemasan merupakan simtom utama atau penyebab dari simtom-simtom yang lain. Misalnya, orang-orang yang mengalami depresi biasanya merasa cemas dan kita sering melihat kecemasan merupakan simtom dalam skizofrenia.
Simtom
Disini akan dibicarakan simtom-simtom suasana hati, simtom-simtom kognitif, simtom-simtom somatik, dan simtom-sintom motor.
1.      Simtom Suasana Hati
Simtom-simtom suasana hati dalam gangguan-gangguan kecemasan adalah kecemasan, tegangan, panik dan kekhawatiran. Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui . simtom-simtom suasana hati yang lain adalah depresi dan sifat mudah marah. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur dan dengan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
2.      Simtom Kognitif
Simtom-simtom kognitif dalam gangguan-gangguan kecemasan menunjukan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai bencana yang diantisipasi oleh individu. Misalnya, seorang individu yang merasa takut berada ditengah khalayak ramai (agorafobia) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang mungkin terjadi, dan kemudian dia merencanakan bagaimana dia harus menghindari hal-hal tersebut.

3.      Simtom Somatik
Simtom-sitom somatik dari kecemasan dapat dibagi menjadi dua kelompok.
Pertama  adalah sintom-sintom langsung yang terdiri dari keringat, mulut kering, bernafas pendek, denyut nadi cepat, tekanan darah meningkat, kepala terasa berdenyut-denyut, dan oto terasa tegang.
Kedua adalah kecemasan itu berkepanjangan, sintom-sintom tambahan, seperti tekanan darah meningkat secara kronis, sakit kepala, otot melemah dan gangguan usus (kesulitan dalam pencernaan, rasa nyeri pada perut) mungkin akan terjadi
Tidak semua orang yang mengalami kecemasan akan mengalami sintom-sintom yang fisik yang sama. Hal itu terjadi karena perbedaan-perbedaan individual dalam pemolaan reaktifitas otonomi ( Leacey, 1950.1967) Misalnya, bila seseorang merasa cemas maka ia akan mengalami otot yang tegang terutama pada kerongkongan atau kemungkinan lebih besar juga seseorang merespons dengan tekanan darah yang meningkat.
4.      Simtom Motor
Orang-orang yang cemas sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi sedara tiba-tiba. Simtom-simtom motor ini mrupakan gambaran ranfsangan kognitif dan somatik yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasakan mengancam.
Gangguan-gangguan kecemasan dibagi dalam dua kelompok yakni gangguan-gangguan fobia dan anxiety states.
Gangguan-gangguan Fobia
Fobia adalah reaksi ketakutan yang hebat (abnormal) terhadap situasi atau benda yang khusus.meskipun orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahata yang aktual sesungguhnya tidak ada, tetapi ia tetap merasa takut. Biasanya ia mengalami ketakutan hanya apabila berada dalam situasi yang khusus atau apabila melihat benda yang khusus.
Gangguan fobia itu dibagi atas tiga kelompok, yakni agorafobia, fobia sosial, dan fobia sederhana atau spesifik.
Agorafobia. Istilah agora dalam agorafobia adalah tempat pertemuan, tempat untuk berkumpul, tempat pasar. Agorafobia padamulanya berarti ketakutan patologik terhadap tempat-tempat yang terbuka atau tempat-tempat umum. Kehidupan orang-orang yang menderita agorafobia didominasi oleh usaha-usaha mereka untuk menghindari kontak dengan orang banyak; dan dengan demikian, mereka tetap tinggal di rumah dan jarang atau kalau terpaksa harus berpergian selalu didampingi oleh orang lain. Berada ditengah-tengah orang banyak membuat mereka takut karenamungkin ada sesuatu yang akan menimpa mereka.
Fobia Sosial. fobia sosial dalam bentuknya yang lain lebih ringan kadang-kadang disebut kcemasan sosial- adalah ketakutan yang terus menerus dan irasional terhadap kehadiran orang lain. Individu berusaha menghindari suatu situasi khusus dimana ia mungkin dikritik dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau bertingkah laku dengan cara memalukan. Dengan demikian ,orang-orang yang menderita fobia sosial menghindari orang-orang karena takut di kritik.
Fobia sederhana atau spesifik. Fobia sederhana atau spesifik adalah ketakutan patologik yang eksesif dan tidak realistik terhadap objek terentu atau situasi tertentu misalnya, jarum, lift, ular, angin ribut, darah, dokter gigi dan tempat-tempat tertutup. Bila individu yang menderita fobia ini benar-benar berhadapan dengan stimulus fobia maka ia memberikan respon secara tegang dan cemas. Misalnya, orang dengan fobia jarum berhadapan langsung dengan jarum akan berkeringat, kesulitan bernafas, dan jantungnya berdebar denga cepat.
Macam-macam fobia sederhana atau spesifik antara lain :
1.      Akluofobia, skotofobia, noktifobia                : takut didalam kegelapan,takut pada malam
   hari
2.      Akrofobia, hipsofobia                                     : takut pada ketinggian
3.      Aikmofobia, belonefobia                                : takut pada benda-benda tajam
4.      Ailurofobia, galeofobia,gatofobia                   : takut pada kucing
5.      Androfobia                                                     : takut pada lai-laki
6.      Anemofobia                                                    : takut pada angin
7.      Antofobia                                                        : takut pada bunga
8.      Amatofobia                                                     : takut pada debu
9.      Araknefobia                                                    : takut pada laba-laba
10.  Astenofobia                                                    : takut pada kelemahan
11.  Automisofobia                                                            : takut pada hal-hal yang kotor
12.  Barofobia                                                        : takut ditarik kebawah
13.  Batofobia                                                        : takut pada kedalaman
14.  Bliblifobia                                                       : takut pada buku-buku
15.  Bromhidrosifobia                                            : takut pada bau tubuh
16.  Brontofobia                                                     : takut pada guruh
17.  Katagelofobia                                                 : takut diolok-olok
18.  Kerefobia                                                        : takut pada kemewahan
19.  Kionofobia                                                      : takut pada salju
20.  Klaustrofobia                                                  : takut tempat tertutup
21.  Koprofobia                                                      : takut pada kotoran
22.  Kristalofobia                                                   : takut pada benda yang terbuat dari gelas
23.  Demonofobia                                                  : takut pada setan atau hantu
24.  Dekstrofobia                                                   : takut pada sebelah kanan badan
25.  Diabetofobia                                                   : takut pada penyakit diabetes
26.  Erkutofobia                                                     : takut mendapat malu
27.  Eremofobia                                                     : takut pada kesunyian
28.  Febrifobia                                                        : takut pada panas
29.  Gamofobia                                                      : takut pada pernikahan
30.  Grapofobia                                                      : takut pada tulisan
31.  Ginaefobia                                                      : takut pada wanita
32.  Hadefobia                                                       : takut pada neraka
33.  Hemartfobia                                                    : takut pada dosa-dosa
34.  Heliofobia                                                       : takut pada sinar matahari
35.  Hematofobia                                                   : takut melihat darah
36.  Hodofobia                                                       : takut untuk berpergian
37.  Hidrofobia                                                      : takut pada air
38.  Higrofobia                                                       : takut pada cairan
39.  Hiliofobia                                                        : takut sinar matahari
40.  Hilofobia                                                         : takut pada bulan
41.  Iktiofobia                                                        : takut pada ikan
42.  Iofobia                                                                        : takut pada racun
43.  Kakorhapiiofobia                                            : takut kalau gagal
44.  Katisofobia                                                     : takut untuk duduk
45.  Maieusiofobia                                                 : takut melihat kelahiran bayi
46.  Metalofobia                                                     : takut pada benda logam
47.  Mitofobia                                                        : takut berkata bohong
48.  Odontofobia                                                   : takut pada gigi binatang
49.  Onemofobia                                                    : takut berfikir
50.  Pantofobia                                                       : takut pada segala sesuatu
51.  Pedofobia                                                        : takut pada bayi dan anak-anak
52.  Parmakofobia                                                  : takut pada obat-obatan
53.  Pengofobia                                                      : takut pada siang hari
54.  Pobofobia                                                        : takut pada diri sendiri
55.  Potofobia                                                        : takut pada cahaya sinar
56.  Pirofobia                                                         : takut pada api
57.  Radofobia                                                       : takut dipukul
58.  Tapofobia                                                        : takut takut dikubur hidup-hidup
59.  Trikofobia                                                       : takut pada rambut
60.  Zoofobia                                                         : tkut pada binatang
Anxiety States      
Anxiety states berbeda dari gangguan-gangguan fobia karena respons emosional dalam anxiety states menyebar dan tidak ada kaitannya dengan salah satu situasi atau stimulus tertentu. Dalam gangguan-gangguan ini, kecemasan dikatakan “ free floating” (mengambang).
            Anxiety states dibedakan atas empat macam yakni:
1.      Gangguan panik
Gangguan panik adalah kecemasan yang sangat kuat dan berlangsung dalam waktu yang singkat. Kecemasan ini timbul dan segera hilang dan biasanya berlangsung hanya dalam beberapa menit, an terjadinya tidak diprediksikan
2.      Gangguan Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan menyeluruh adalah kecemasan umum, yang berlangsung salam jangka waktu sekurang-kurangnya selama satu bulan dan tidak ada hubungannya dengan suatu objek atau situasi tertentu.
3.      Gangguan Stres Posttraumatik
Simtom utama dari gangguan ini adalah mengalami lagi suatu peristiwa traumatis. Peristiwa traumatis yang mempercepat gangguann ini adalah sesuatu yang luar biasa, misalnya bencana alam atau bencana yang terjadi dengan sengaja.
4.      Gangguan Obsesif-Kompulsif
Istilah psikastenia adalah istilah yang digunakan oleh janet pada abad XIX untuk menyebut gangguan yang belakangan ini dinamakan sebagai gangguan obesif-kompulsif. Psikastenia adalah kondisi psikoneurotik yang memperlihatkan aneka ragam simtom mental dan emosional yang tidak dapat dikontrol oleh penderita.
Kompulsi adalah impuls yang tidak tertahankan atau tidak bisa dicegah untuk melakukan suatu perbuatan dengan cara yang sama. Impuls kompulsi ini tidak bisa dikontrol serta bertentangan dengan kemauan sadar individu pada waktu melakukannya.
Beberapa contoh kompulsi yaitu (1) Arithomania-impuls yang tidak dapat dicegah untuk menghitung segala sesuatu (2) Dipsomania-impuls yang tidak dapat dicegah untuk terus-menerus minum-minuman keras (3) Puromania-impuls yang tidak dapat dicegah untuk membakar (4) Perbuatan ritualistik-impuls yang tidak dapat dicegah (5) Kleptomania- impuls yang tidak dapat dicegah untuk mencuri (6) Waderlust- impuls yang tidak dapat dicegah untuk selalu berpergian (7) Megalomia         - impuls yang tidak dapat dicegah untuk menjadi termansyur (8) Mania Homosidal- impuls yang tidak dapat dicegah untuk membunuh (9) Mania Suisidal- impuls yang tidak dapat dicegah untuk bunuh diri.
Penyebab
Diatas sudah diterangkan simtom-simtom dan hal-hal yang ada hubugannya dengan gangguan-gangguan kecemasan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendekatan yakni:
a.       Pendekatan Psikodinamik
Dari segi pandangan psikodinamik, kecemasan dilihat sebagai akibat konflik intrapsikis. Para ahli psikodinamik yang berbeda memusatkan perhatian pada konflik-konflik yang berbeda-beda, tetapi pandangan Freud memiliki pengaruh yang sangat kuat.
      Pandangan Psikoanalitik Freud menyebut tiga macam kecemasan dengan sumber penyebab yang berbeda-beda. Pertama, dia mengemukakan bahwa kecemasan dapat disebabkan oleh ancaman-ancaman dari dunia eksternal, seperti penyakit, maslah keuangan, dan kegagalan, seta dia menyebut kecemasan ini sebagai kecemasan obyektif.
      Kedua, Freud juga mengemukakan bahwa kecemasan dapat disebabkan oleh konflik internak terhadap ungkapan impuls-impuls “id”. Menurut Freud, konflik dan kecemasan terjadi apabila “id” mencari pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya, tetapi dihalangi oleh “ego’ dan “super ego”.
      Ketiga, Freud  mengemukakan bahwa kecemasan dapat juga disebabkan karena ‘super ego” tidak efektif dalam mengekang “ego” dan akan terjadi tingkah laku yang tidak dapat diterima.
      Faktor yang juga mempengaruhi tingkat-tingkat kecemasan adalah efektivitas dari mekanisme-mekanisme pertahanan individu. Mekanisme-mekanisme pertahanan membantu individu mengindari konflik dan dengan demikia dapat menghindari kecemasan.
      Analogi panci. Hubungan antara konflik dan kecemasan dapat dijelaska dengan analogi panci (boiler analogi). Dalam analogi ini kepribadian adalah panci, konflik adalah panas dibawah panci yang menyebabkan tekanan di dalam panci meningkat dan kecemasan adalah tekanan didalam panci. Apabila tingkat panas rendah, maka tekanan dalam panci juga akan rendah dan tidak akan mungkin timbul masalah-masalah.sebaliknya, apabila panas sangat tinggi, maka tekanan didalam panci akan sangat tinggi dan sejumlah hal akan terjadi. Salah satu kemungkinan adalah katub dibuka dan tekanan dilepaskan kedalam sistem lain. Pada manusia mungkin dialirkan melalui proses pemindahan (displacement). Misalnya, trgangan karena konflik seksual dapat dilepaskan kedalam kegiatan kreatif. Apabila salah satu bagian dari panci itu lemah maka akan terjadi distorsi. Pada manusia, distorsi yang dilokalisasi itu adalah fobia.
Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar terhadap gangguan-gangguan kecemasan didasarkan pada pengondisian klasik dan pengomdisian operan
            Perkembangan Kecemasan : Peran dari Pengondisian Klasik. Menurut para ahli teori belajar, kecemasan itu dilihat sebagai respon ketakutan yang terkondisikan secara klasik. Respons yang terkondisi secra klasik idak bisa dikendalikan. Oleh karena itu, orang tidak dapat menghentikan suatu respons ketakutan bila berhadapan dengan stimulus yag terkondisi, meskiun respons ketakutan itu secara objektif tidak dapat dibenarkan.
            Mempelajari reaksi-reaksi fobia dengan mengamati suatu model atau orang-orang lain biasanya disebut vicarious conditioning. Akan tetapi dengan pengondisian klasik, percobaan belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain tidak bisa menjadi model yang lengkap untuk semua fobia. Pertama, para penderita fobia jarang sekali melaporkan bahwa mereka takut setelah mereka mengamati kesulitan orang lain. Kedua, banyak orang mengamati pengalaman-pengalaman buruk orang lain, tetapi mereka sendiri tidak mengembangkan fobia.
            Reaksi-reaksi fobia mungkin juga dipelajari berdasarkan akibat-akibat positive yang ditimbulkannya. Respons-respons penghindaran mungkin langsung dihadiahi dan dengan demikian , dipelajari.

            Perkembangan Simtom-Simtom yang Berhubungan dengan Kecemasan: Peran dari Pengondisian Operan. Banyak gangguan kecemasan juga melibatkan bermacam-macam simtom lain, seperti tingkah laku-tingkah laku menghindar. Para ahli teori belajar menjelaskan simtom-simtom lain ini dengan proses pengondisian operan. Pengodisian operan berjalan seperti berikut : kecemasan adalah situasi yang tidak menyenangkan; karena itu, individu berusaha sedapat mungkin untuk menghindari atau menguranginya. Apabila individu melakukan sesuatu yang efektif untuk mengurangi kecemasannya maka dia akan merasa lebih baik.
            Dengan penjelasan tersebut diatas, kita dapat mengemukakan bahwa obsesi dan kompulsi adalah tingkah laku yang dipelajari dan diperkuat oleh akibat-akibatnya. Slah satu akibatnya adalah ketakutan yang berkurang.

Pendekatan Kognitif
            Dalil dari dasar pendekatan kognitif untuk kecemasan abnormal adalah bahwa kita memiliki kemapanan kognitif (cogniif sets) yang menyebabkan kita menafsirkan situasi-situasi yang mengancam dan dengan demikian kita memberikan respons dengan kecemasan bila situasi itu tidak tepat.
            Kemapanan Kognitif Memperbesar Ancaman. Para ahli teori kognitif mengemukakan bahwa bila berhadapan dengan situasi yang baru, orang-orang yang cenderung mengalami kecemasan dengan sendirinya akan memikirkan hal-hal seperti “aku akan bertindak bodoh”; “ Aku tidak akan memiliki waktu yang cukup untuk melakukan suatu pekerjaan yang baik” dan “Aku akan sakit” (Beck & Emery, 1985). Pikiran-pikiran tersebut menyebabkan orang-orang memperbesar ancaman dalam situasi uyang dihadapi dengan akibatnya mereka merasa cemas.

Pendekatan Fisiologis
            Gangguan-gangguan kecemasan telah dianggap sebagai gangguan-gangguan psikologis yang disebabkan oleh konflik-konflik, pengondisian yang tidak tepat, atau kognisi-kognisi yang salah.
            Inhibisi Neural yang Tidak Mencukupi. Dalil dari dasar pendekatan fisiologi untuk kecemasan umum adalah kegiatan neurologis yang berlebihan pada daerah otak yang menyebabkan rangsangan emosional itu dialami sebagai kecemasan. Kegiatan neurologis yang berlebihan itu dianggap sebagai akibat dari neuron-neuron inhibitor (penghambatan) yang biasanya mengurangi kegiatan neurologis, tidak berfungsi secara adekuat.
            Neuron-neuron inhibitorberfungsi untuk mengurangi pembakaran neuron-neuron lain. Terutama pada sinapsis neuron A, B, mungkin ada neuron inhibitori C dan apabila neuron inhibitori itu terbakar, maka ia melepaskan bahan kimia yang menghambat transmisi sinaptik antara neuron A dan B. Berkurangnya fungsi neuron inhibitor disebabkan oleh merendahnya tingkat neuro-transmitor yang dikenal dengan GABA ( gamma-amino-buttyric acid). Karena pengaruh obat-obatan tersebut dapat mengurangi kecemasan maka biasanya disebut obat-obat penenang. Dan juga karena benzodiazepin meningkatkan GABA dan mengurangi kecemasan, maka bahwa tingkat GABA yang rendah mengakitbatkan kecemasan.
            Tingkat Sodium Laktase yang Tinggi dan Serangan-Serangan Panik. Berkurangnya neuron-neuron inhibitor dipakai penyebab kecemasan yang meningkat secara kronis seperti yang kelihatan dalam anxiety states.
            Bermacam-macam penelitian membuktikan bahwa serangan-serangan panik yang disebabkan oleh suntika secara psikologis dan psfisiologis adalah sama dengan serangan-serangan panik yang terjadi secara spontan.
Perawatan
            Dalam bagian ini akan dikemukanan teknik-teknik yang digunakan untuk merawat gangguan-gangguan kecemasan. Cara bagaimana gangguan-gangguan ini dirawat biasanya tergantung pada penyebab dari gangguan itu. Apabila gangguan ini disebabkan oleh konflik, maka perawatan dipusatkan pada pemecahan konflik, tetapi bila gangguan itu disebabkan oleh tidakseimbangan fisiologis, maka perawatan dirancang untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu. Maka perawatan akan dilakukan dengan :
a)      Pendekatan Psikodinamik
b)      Pendekatan Belajar
c)      Pendekatan Kognitif
d)     Pendekatan Fisiologis

GANGGUAN-GANGGUAN SOMATOFORM
Gangguan-gangguan somatoform adalah ganggua-gangguan neuotik yang khas bercirikan emosionaliitas yang ekstrem dan berubah menjadi simtom-simtom fisik. Simom-simtom fisik itu mungkin berupa kelumpuhan anggota-anggota tubuh, rasa nyeri dan sakit yang luar biasa, buta, tuli, tidak bisa bicara, muntah terus-menerus, kepala atau tangan yang gemetar. Penderita yang mengalami gangguan somatik itu mungkin mengalami anestesia dimana ia tidak peka terhadap rasa sakit dan tidak merasakan tusukan jarum atau luka bakar.
Gangguan ini memiliki sejarah yang panjang dan gangguan-gangguan ini biasanya dihubungkan dengan wanita. Pada awal 1500 SM dalam buku karanagn Hippokrates dikatakan gangguan-gangguan somatoform itu adalah penyakit fisik yang terbatas pada wanita.
Selama abad pertengahan,orang yang menderita somatoform diduga karena kerasukan setan. Pada akhir abad ke 19 diadakan pendekatan terhadap gangguan-gangguan somatoform oleh Charcot seorang dokter Prancis dan kemudian oleh Janet dan Freud.
Ada 5 macam gangguan somatoform yakni:
1.      Somatisasi
Pada tahun1859, Pierre seorang dokter Prancismengatakan individu-individu yang banyak mengalami keluhan somatik, berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena suatu penyebab fisik yang aktual. Individu-individu dengan gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan mereka adalah faktor psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan medis. Keluhan-keluhan pada umumnya berskisar sekitar sakit kepala, keletihan, alergi, sakit perut, sakit punggung, sakit dada, simtom-simtom genitouriner, dan jantung berdebar-debar. Orang-orag yang menderita gangguan tersebut mengeluh bahwa mereka menderita sakit sepanjang hidupnya. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita ketimbang pria.
2.      Hipokondriasis
Hipokondriasis mirip dengan somatis dalam pengertian bahwa individu yang menderita kedua gangguan tersebut selalu memperhatikan simtom-simtom fisik. Perbedaannya adalah individu yang menderita somatisasi mengeluh bermacam-macam penyakit sedangkan individu yang mengalami hipokondiasis selalu mengeluh terhadap satu atau dua simtom saja.
Hipokondriasis ialah kondisi kecemasan yang kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan yang patologik terhadap kesehatannya sendiri. Orang yang mengalami gangguan hipokondriasis sering mengalami konflik-konflik intra-psikis yang berlangsung lama, kronis, oarah dan tidak terselesaikan. Ganggua ini khas pada usia setengah tua.
3.      Konversi
Dalam kasus gangguan konversi, individu menderita satu atau lebih simtom fisik yang berat dan sangat melumpuhkan, tetapi dasr organik dari gangguan ini tidak ditemukan. Simtom-simtom konversi biasanya terjadi pada sistem otot kerangka tau sistem-sistem panca indra. Simtom konversi yang disebutkan adalah kelumpuhan, serangan mendadak, kebuatan, ketulian, masalah-masalah pengelihatan, anestesia, parestesia.
4.      Perasaan sakit Idiopatik
Gangguan perasaan sakit idiopatik adalah keluhan terhadao rasa sakit,s edagkan penyebab organiknya tidak ada dan dengan demikiam perasan sakit itu dilihat memiliki dasar psikologis.
5.      Gangguan Dismorfik
Yang dimaksudkan dengan gangguan dismorfik adalah terlalu memperhatikan cacat yang dibayangkan seseorag pada penampilan fisiknya.

Gambaran Pribadi Orang yang Mengalami Gangguan-Gangguan Somatoform
Kepribadian penderita yang mengalami gangguan-gangguan somatoform dapat diutarakan sebagai berikut.
1.      Umumnya para penderita sangat egoistic atau suka mementingkan dirinya sendiri (selfish) meskipun tidak berarti introvert.
2.      Sangat mudah terpengaruh (suggestible), ia sangat sensitive terhadap pendapat orang lain.
3.      Ia memiliki kebutuhan akan status sosial. Tidak mengherankan kalau penderita dengan gangguan-gangguan somatoform sangat peka terhadap kritik.
4.      Emosi-emosinya sangat kuat dan juga memiliki  rasa suka dan tidak suka yang kuat, dan penilaiannya sangat dipengaruhi oleh orang rasa suka dan tidak suka tersebut.
5.      Ada kecenderungan yang sangat kuat untuk melarikan diri dari situasi-situasi yang dianggapnya tidak menyenangkan.
6.      Simtom-simtom fisiknya dibuat-buat atau dengan sengaja dilebih-lebihkan supaya bisa memperpanjang waktu untuk melarikan diri dengan cara menjadi sakit, dengan tujuan untuk menghindari tugas-tugas tertentu atau menghindari situasi yang tidak disenanginya.
7.      Karena pada dasarnya individu yang menderita gangguan-gangguan somatoform adalah ekstrovert, maka ia suka kepada orang lain dan ingin mengungkapkan dirinya dengan bebas.
Simtom
Dari uraian tentang gangguan-gangguan somatoform, beberapa simtom-simtomnya yang umum diketahui sebagai berikut:
(1)   Rasa sakit pada kulit seluruhnya atau sebagiannya hilang (anesthesia atau hipastesia)
(2)   Rasa sakit pada kulit sangat berlebihan walaupun badannnya hanya disinggung saja
(3)   Perasaan yang sangat aneh, merasa kesemutan yang kronis atau akut (parastesia)
(4)   Orang menjadi tuli atau buta walaupun organ pendengarannya serta saraf pendengarannya dan organ penglihatannya masih baik atau tidak cacat
(5)   Orang merasa lumpuh dan kaku pada sebelah tangan atau kakinya
Khusus mengenai gangguan hipokondriasis, simtomnya ialah penderita mengungkapkan kecurigaannya bahwa ia menderita segala macam penyakit, dan memberikan penjelasan yang aneh tentang proses-proses jasmaniahnya, serta mengeluh tentang rasa sakit dan nyeri secara spesifik dan tidak spesifik. Harus hati-hati membedakaan reaksi ini dengan reaksi-reaksi astenik dan depresi karena simtomnya sangat mirip.
Penyebab
Dikemukakan tiga pendekatan, yakni pendekatan psikodinamik, pendekatan belajar, dan pendekatan fisiologis.
Pendekatan Psikodinamik. Pandangan psikodinamik tentang gangguan-gangguan somatoform mengemukakan bahwa energy emosional yang terpendam dapat mengacaukan fungsi normal dan mungkin berubah menjadi simtom-simtom fisik. Penjelasan ini awalnya dirumuskan oleh Joseph Breuer dan Sigmund Freud dalam pembicaraan mereka tentang kasus Anna O., yang menderita bermacam-macam simtom somatoform.
Pendekatan belajar. Teori belajar mengemukakan bahwa simtom-simtom merupakan respons-respons operan (peran-peran) yang dikembangkan dan dipertahankan karena simtom-simtom itu memungkinkan individu untuk memperoleh hadiah atau mereduksikan stress. Hadiah-hadiah itu akan diperoleh melalui tiga cara.
·         Pertama, simtom-simtom itu mungkin menyanggupi individu untuk mengihindari situasi yang tidak menyenangkan atau mengancam. Misalnya, gangguan konversi berupa lengan lumpuh mungkin berkat kelumpuhan itu seorang mahasiswa bergembira karena tidak mengikuti ujian yang belum dipersiapkannya.
·         Kedua, simtom-simtom somatoform dapat menjadi alasan atau pembenaran terhadap kegagalan dan dengan demikian membebaskan individu dari tanggung jawab pribadi terhadap kegagalan tsb. Misalya, seorang mahasiswa yang mengenakan tutup mata karena sakit mata mungkin sama sekali tidak bisa disalahkan karena nilai-nilai ujiannya jelek.
·         Ketiga, simtom-simtom somatoform dapat menarik simpati dan perhatian terhadap individu, di mana simpati dan perhatian tsb dapat sangat menguntungkan.
Pendekatan Fisiologis. Umumnya diasumsikan bahwa orang-orang yang menderita somatisasi, hipokondriasis, atau perasaan sakit idiopatik mengeluh tentang simtom-simtom yang sesungguhnya tidak ada dan keluhan-keluhan mereka adalah hasil dari gangguan-gangguan itu. Akan tetapi, ada kemungkinan bahwa orang-oran ini sebenarnya lebih peka terhadap sensasi-sensasi tubuh atau lebih mudah terangsang secara fisiologis yang akan menimbulkan sensasi tubuh yang lebih banyak.
Perlu diketahui juga bahwa kecemasan mengakibatkan rangsangan somatic meningkat. Adanya kecemasan dapt menyebabkan suatu kondisi somatic di mana seorang individu dapat membentuk sejumlah keluhan somatic. Dengan kata lain, (1) individu menjadi cemas, (2) kecemasan menyebabkan meningkatnya kepekaan atau rangsangan somatic, dan (3) sensasi-sensasi dari kepekaan atau rangsangan somatic itu diinterpretasikan sebagai simtom-simton dari suatu gangguan.
Perawatan
Terapi keluarga (family therapy) dapat di gunakan untuk membantu individu dan para anggota keluarga mengubah jaringan hubungan-hubungan sehingga individu tsb bergerak kearah otonomi yang lebih besar. Latihan assertif (assertive training) dan latihan keterampilan-keterampilan sosial (social-skills training) melatih individu dengan cara-cara yang efektif untuk mendekati dan berbicara kepada orang-orang, membuka mata, memberi pujian, menerima kritik, dan mengajukan permohonan — dapat berguna dalam membantu individu untuk mempelajari cara-cara berhubungan dengan orang lain dan menemui kebutuhan-kebutuhannya.

GANGGUAN-GANGGUAN DISOSIATIF
Gangguan-gangguan disosiatif adalah gangguan-gangguan atau perubahan-perubahan dalam fungsi integrative yang normal dari identitas, ingatan, atau kesadaran. Misalnya, individu dengan gangguan disosiatif mengalami simtom-simtom seperti amnesia, kepribadian ganda (multiple personality) atau bahkan kehulangan identitas kepribadiannya. Ada lima macam  gangguan disosiatif, yaitu:
1.      Amnesia, ketidakmampuan yang terjadi secara tiba tiba untuk mengingat informasi pribadi yang penting. Ketidakmampuan mengingat itu tidak bisa dijelaskan dengan kelupaan yang sifatnya biasa.
2.      Fugue, tiba-tiba meninggalkan rumah atau tempat kerja san tidak mampu mengingat masa lampaunya. Selama terjadi fugue suatu identitas barunya dikembangkan.
3.      Kepribadian ganda, di dalam individu terdapat dua atau lebih kepribadian. Bermacam-macam kepribadian mengendalikan secara sempurna pada waktu yang berbeda.
4.      Depersonalisasi, mengalami diri sendiri sebagai yang terpisah dan mengamati diri dari posisi pengamat dari luar atau seolah-olah berada dalam suatu mimpi.
5.      Kesurupan atau trance, suatu keadaan kesadaran yang berubah (trance) di mana kesadaran berkurang atau secara selektif terfokus pada stimulus tertentu.
Simtom
Khusus dalam amnesia dan fugue, simtomnya dapat diutarakan seperti: lupa akan nama, tempat tinggal sendiri, tidak mampu mengingat kembali orang tua, sanak keluarga dan teman-temannya sendiri. Dinamika dari kepribadian ganda sama dengan dinamika amnesia dan fugue, yakni melarikan diri dari stress yang tidak tertahankan. Stress yang tidak tertahankan mungkin muncul dalam dirinya sendiri, seperti keinginan-keinginan yang ditolak  oleh superego, mungkin juga dari luar, yakni dari situasi-situasi kehidupan yang tidak diterima.
Penyebab
Gangguan-gangguan tersebut dalam pandangan psikoanalitik disebabkan oleh represi yang hebat dan bahan yang ditekan itu biasanya dihubungkan dengan hasrat-hasrat seksual pada masa kanak-kanak (tahap Oedipus) ang tidak dapat diterima.
Perawatan
Beberapa dokter menggunakan sodium amital untuk menimbulkan keadaan hipnotik. Dengan menggunakan obat ini, ingatan-ingatan menyakitkan yang ditekan akan dimunculkan dan kebutuhan akan gangguan disosiasi akan hilang.

GANGGUAN-GANGGUAN UNIPOLAR
Depresi termasuk salah satu di Antara gangguan-gangguan suasana hati (mood). Gangguan suasana hati adalah gangguan yang bergerak dari depresi yang dalam sampai ke mania yang ganas. Gangguan-gangguan suasana hati dibagai dalam dua kelompok besar, yakni gangguan depresif atau gangguan unipolar (unipolar disorders) di amana depresi menjadi simtom utama. Gangguan-gangguan unipolar dibagi lagi menjadi episode depresif tunggal (single depressive episodes) dan episode-episode depresif yang berulang-ulang (recurrent depressive episodes). Gangguan bipolar dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
·         Tipe manik
·         Tipe depresif
·         Tipe campuran
Gangguan unipolar adalah gangguan yang disebabkan oleh mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) dan pelarian diri yang keliru dan kemudian muncul banyak konflik intrapsikis yang keliru.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Depresi
Ada bermacam-macam hal yang menyangkut depresi yang perlu dikemukakan sedikit dalam uraian ini, yakni depresi normal dan depreso abnormal, depresi eksogen dan depresi endogen, depresi primer dan depresi sekunder, depresi involusional dan depresi postpartum.
Simtom-Simtom Depresi
Ada dua pola simtom yang sangat berbeda, yakni depresi yang ditandai oleh kelambanan (retarted depression) dan depresi yang ditandai oleh ketidaktenangan (agigated depression).


Simtom-Simtom Suasana Hati
Simtom-simtom utama gangguan depresif berputar disekitar masalah-masalah suasana hati. Individu merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan muram. Orang yang mengalami depresi kadang-kadang mengambarkan diri mereka seperti berada dalam suatu lubang gelap yang dalam diaman mereka tidak dapat dijangkau dan mereka juga tidak dapat keluar dari sana.
Simtom-Simtom Kognitif
Enam simtom atau proses kognitif yang memainkan peran yang sangat penting dalam depresi, Antara lain:
·         Pertama, individu yang mengalami depresi memiliki harga diri yang sangat rendah.
·         Kedua, individu mengalami pesimisme.
·         Ketiga, orang-orang mengakami depresi memiliki motivasi yang kurang.
·         Keempat, depresi, harga diri yang rendah, pesimisme, dan kurangnya motivasi akan menyebar dan mencakup lebih banyak daripada penyebab asli depresi.
·         Kelima, dalam beberapa kasus ada alasan untuk mengalami depresi (kegagalan dalam ujian dapat menjadi hebat dan mengandung pengaruh negative dalam jangka panjang) orang orang yang mengalami depresi cenderung membesar-besarkan atau melebih-lebihkan kehebatan masalah tersebut dan terus menjadi pesimistik.
·         Keenam, simtom kognitif yang sangat penting dalam depresi adalah proses-proses pikiran berjalan lambat.
Simtom-Simtom Motor
Simtom-aimtom motor yang sangat dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor, yakni tingkah laku motor berkurang atau lambat. Apabila individu bergerak, mereka akan melakukannya dengan sangat lamban seolah-olah mereka sedang memikul beban yang sangat berat.
Simtom-Simtom Somatik
Orang-orang yang mengakami deprei mudah menderita berbagai macam masalah somatic. Simtom-simtom yang terjadi Antara lain pola tidur terganggu, kehilangan selera makan, dan dorongan seksual berkurang. Simtom tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor.
·         Pertama, gangguan somatic ini dapat muncul karena individu mengalami kesedihan psikologis, dan kesedihan memiliki pengaruh yang mengacaukan.
·         Kedua, depresi ada kaitannya dengan berbagai macam perubahan biokimiawi dalam otak dan perubahan tsb mempengaruhi hipotalamus yang pada gilirannya akan mempengaruhi tidur, selera makan, dan seks.
·         Ketiga, beberapa simtom somatic seperti keletihan dan gangguan pencernaan mungkin tidak disebabkan oleh depresi melainkan hanya merupakan simtom sekunder yang terjadi karena individu tidak melakuan aktivitas yang normal.
Penyebab
Ada lima pendekatan yang dipakai untuk menjelaskan perkembangan depresi, yakni: pendekatan psikodinamik, pendekatan belajar, pendekatan kognitif, pendekatan eksistensial-humanistik, dan pendekatan fisiologis.
Pendekatan Psikodinamik
Freud dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa depresi terjadi sebagai reaksi terhadap kehilangan. Freud menyamakan depresi dengan perkabungan (perasaaan sedih dan duka cita yang terjadi bila orang yang dicintai meninggal).

Pendekatan Belajar
Individu yang mengalami depresi adalah individu-individu yang menerima hadiah yang agak kurang atau hukuman lebih banyak dibandingkan dengan individu-individu yang tidak mengalami depresi.
Pendekatan Kognitif
Ada dua teori kognitif tentang depresi, yakni teori yang pertama mengemukakan bahwa kemapanan-kemapanan kognitif yang negative (negative cognitive sets) menyebabkan individu-individu akan melihat segala sesuatu secara negative dan akan menyebabkan depresi. Teori kedua mengemukakan bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari dalam mengontrol aspek-aspek negative kehidupan menyebabkan depresi.
Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Para pelopor teori humanisti-eksistensial berpendapat bahwa kecemanasa terjadi karena adanya ketidakcocokan Antara real-self dan ideal-self (diri yang real vs diri yang ideal). Depresi terjadi bila individu menyadari bahwa jurang Antara real-self dan ideal-self tidak dapat dijangkau, karena itu ia menyerah dalam kesedihan, individu pada hakikatnya tidak berusaha mencapai aktualisasi diri dan hal ini menyebabkan depresi.
Pendekatan Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa deresi itu di sebabkan oleh aktivitas neurologis yang rendah pada daerah-daerah otak yang berfungsi untuk mengatur kesenangan.
Perawatan
Cara-cara untuk merawat depresi sangat berbeda-beda Antara pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya dan perbedaan-perbedaan tsb disebabkan karena asumsi yang dikemukakan oleh pendekatan-pendekatan itu mengenai depresi juga berbeda-beda. Masing-masing pendekatan akan mengemukakan secara singkat bagaimana perawatan dirancang untuk mengatasinya, sebagai berikut.
Pendekatan Psikodinamik
Para terapis yang menganut pendekatan psikodinamik membantu individu-individu untuk: (1) mengindentifikasikan kehilangan-kehilangan dan stress yang menyebabkan depresi; (2) Mengatasi atau mengurangi kehilangan-kehilangan atau stress-stress itu; dan (3) Mengembangkan cara-cara yang lebih baik untuk mengadakan respons terhadap kehilangan-kehilangan atau stress-stress tersebut bila kemudian suatu saat dihadapi lagi sehingga depresi dapat dihindari.
Pendekatan Belajar
Para terapis yang menggunakan pendekatan belajar mengajar penderita bagaimana meningkatkan hadiah-hadiah dalam kehidupannya, dan untuk itu ditempuh tiga langkah untuk mengubah hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman.
·         Langkah pertama, yaitu mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan (orang-orang, aktivitas, situasi) yang merupakan sumber dari hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman untuk penderita.
·         Langkah kedua, sesudah pengalaman-pengalaman yang sangat penting yang memberikan hadiah dan memberikan hukuman teridentifikasi, penderita diajar mengenai keterampilan atau strategi baru untuk mengatasi, mengindari, atau mengurangi pengalaman yang menghukum.
·         Langkah ketiga, usaha terapis harus dipusatkan pada peningkatan hadiah-hadiah dalam kehidupan individu. ini dicapai dengan suatu program penguatan diri (self-reinforcement)

Pendekatan Kognitif
Dari segi pandang kognitif bekerja dengan penderita untuk mengubah segi pandangan dan pola-pola pikiran penderita mengenai kemungkinan keberhasilan pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Tahap pertama adalah mengindentifikasi kan kognisi-kognisi negative yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku penderita. Langkah kedua adalah terapis menguji penderita untuk menentukan apakah hipotesis-hipotesisnya itu benar. Langkah ketiga adalah menggantikan pikiran-pikiran negative yang tidak tepat dengan pikiran-pikiran yang lebih tepat.
Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Tugas utama terapis adalah membantu penderita agar ia menyadari keberadaannya di dunia ini, dan tujuan terapi adalah membantu pendeirta supaya ia memperoleh atau menemukan kemanusiaannya yang hilang. Terapis eksistensial-humanistik membantu memperluas kesadaran diri penderita, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannyam yakni menjadi bebasa dan bertanggung jawab terhadap arah hidupnya sendiri.
Pendekatan Fisiologis
Pada pendekatan fisiologis akan menggunakan dua macam perawatan, yakni perawatan biokimia, yang akan menggunakan obat-obatan dan perwatan konfulsif yang menggunakan kejutan listrik (electrical shock). Penyebab-penyebab fisiologis terhadap depresi dikemukakan bahwa depresi itu disebabkan karena kadar neurotransmitter (norepinefrin dan serotonin) pada daerah-daerah otak yang berfungsi untuk mengatur emosi berkurang.

BUNUH DIRI
Bunuh diri adalah salah satu penyebab kematian, dan karena bunuh diri sering terjadi maka penting apabila topic ini diuraikan. Bunuh diri termasuk dalam gangguan suasana hati (unipolar dan bipolar) dan orang yang bunuh diri adalah orang yang mengalami gangguan unipolar atau bipolar.
Hal-Hal yang Berhubungan dengan Bunuh Diri
Orang-orang yang mengalami depresi yang berat sering melakukan bunuh diri karena mereka merasa putus asa dan tidak berdaya. Depresi tersebut mudah di identifikasikan dengan simtom-simtom klasik, seperti kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, insomnia, sembelit, kehilangan semangat dan lain sebagainya.
Perbedaan Gender dan Usia
Dibandingkan pria, wanita memliki kemungkinan yang lebih besar untuk berusaha bunuh diri tiga kali lebihbanyak, tetapi pria memiliki kemungkinan berhasil bunuh diri lebih besar tiga kali lebih banyak daripada wanita. Angka bunuh diri lebih tinggi pada usia remaja, dan pada usia lanjut. Sesudah remaja, angka bunuh diri berkurang dan kemudian secara perlahan menanjak lagi serta mencapai angka yang tinggi pada orang yang sudah tua.
Bunuh Diri, Bunuh Diri yang Tersembunyi, dan Gerak Isyarat Bunuh Diri
Bunuh diri yang dilakukan secara tersem-bunyi (covert suicide) yang terjadi bila orang tidak menghendaki orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh orang itu (misalnya karena malu). Kebalikan dari bunuh diri yang tersembunyi adalah geak isyarat bunuh diri (suicide gestures), di mana individu yang melakukan usaha bunuh diri sangat jelasa ditunjukkan tetapi sesungguhnya mereka sama sekali tidak menghendaki bunuh diri. Orang-orang itu merasa putus asa, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara untuk meminta bantuanm merasa sangat malu untuk meminta bantuan secara langsung, atau meminta bantuan tetapi diabaikan karena orang tidak mengetahui kekalutan yang dialami.  Gerak isyarat bunuh diri merupakan cara untuk mendramatisasi kegentingan masalah yang di alami dan secara tidak langsung meminta bantuan dan gerak isyarat bunuh diri cenderung bersifat lebih impulsive dan kurang berbahaya (mematikan) dibandingkan dengann percobaaan bunuh diri yang sebenarnya.
Peringatan Bunuh Diri yang Akan Terjadi dan Nada-Nada Bunuh Diri
Keputusan bunuh diri biasanya tidak diambil secara mendadak, dan sering kali individu yang memikirkan bunuh diri akan memberikan suatu peringatan. Wawancara dengan kawan-kawan dan sanak saudara dari orang-orang yang melakukan bunuh diri menunjukkan bahwa Antara 60% dan 70% dari korban telah berbicara secara terus terang bahwa mereka ingin bunuh diri (ancaman-anacaman langsung) dan 20% sampai 25% telah berbicara mengenai topic bunuh diri.
PREDIKTOR-PREDIKTOR RISIKO BUNUH DIRI
Variabel
Kategori Risiko Tinggi
Usia
Lebih tua
Jabatan
Status lebih tinggi
Sumber finansial
Lebih banyak
Gangguan emosional daam keluarga
Depresi, alkoholisme
Orientasi seksual
Biseksual, homoseksual
Di rawat dirumah sakit jiwa sebelumnya
Sering dirawat (dari rumah sakit jiwa)
Hasil dari bantuan sebelumnya
Negative atau bervariasi
Takut akan kerugian dibidang finansial
Ya
Stress khusus
Ya
Tidur
Lebih banyak tidur setiap malam
Perubahan berat
Bertambah atau berkuranh
Ide dikejar-kejar
Ya
Impuls bunuh diri
Ya
Rekasi terhadap pewawancara
Negative

Dalam meninjau variable-variable penting ini, penting ini diketahut bahwa kebanyakan individu yang bunuh diri tidak memiliki semua atau bahkan sebagian terbesar dari karakteristik-karakteristik ini.
Iklim dan Musim
Awal tahun 1897, suatu survey terhadap banyak Negara di Eropa menunjukkan bahwa masa enam bulan yang terpanas memilki angka bunuh diri yang lebih tinggi dibandingkan masa enam bulan yang terdingin. Penemuan yang lebih baru menunjukkan bahwa puncak bunuh diri terjadi pada akhir musim semi atau awal musim panas (Pokorny, 1968). Alasan untuk pola ini tidak jelas, tetapi ada kemungkinan bahwa optimism yang dialami banyak orang pada musim semi sangat bertentangan dengan depresi dan keputusan yang dirasakan  oleh orang-orang yang bunuh diri.
Penyebab
Untuk menjelaskan apa yang menyebabkan orang bunuh diri yaitu. Pendekatan psikodinamik , Pendekatan belajar , Pendekatan kognitif , Pendekatan fisiologis.

Pendekatan Psikodinamik
Bunuh diri disebabkan oleh banyak hal, yaitu: (1) Melepaskan perasaan agresif terhadap objek yang hilang yang sudah menjadi bagian dari diri sendiri (Freud); (2) Konflik dan stres ; (3) Fantasi
Psikoanalisis. Freud pernah menulis bahwa bunuh diri bisa disebut sebagai pembunuhan tersamar. Tujuan orang bunuh diri bukan pertama-tama membinasakan diri, tetapi juga membinasakan orang lain,   yakni orang  (objek) yang hilang telah diindentifikasikannya. Disamping mencintai objek itu,  mereka juga menbenci objek itu karna pengkhianatan dan penolakannya. (Kemarahan yang dialihkan ke diri sendiri itu dilihat sebagai penyebab depresi). Karena orang itu tidak menyadari perasaan-perasaan agresif terhadap objek yang dicintai, maka perasaan bunuh diri dari orang tidak kelihatan sebagai sesuatu yang menyangkut objek yang hilang itu (Menninger, 1938). Beberapa ahli mengemukakan bahwa orang yang kehilangan salah satu orang tuanya selama masa kanak-kanak kelihatan berada pada risiko untuk mengalami depresi dan melakukan bunuh diri. Dalam kasus tersebut, kesedihan dan kemarahan orang itu karna ditinggalkan orang tua disimpan dalam ketidaksadaran sampai suatu pengalaman kemudian terhadap kehilangan – penolakan cinta, perceraian, kematian dari seseorang yang dicintai – memicu pelepasan rasa sakit dan kemarahan yang didesak itu (Bowlby, 1973). Freud juga menghipotesiskan bila insting mati menjadi lebih kuat daripada insting hidup yang mengandalikannya, maka hasilnya adalah bunuh diri (Freud, 1920/1955 e).
Konflik dan Stres. Penjelasan psikodinamik yang lebih kontemporer untuk bunuh diri adalah orang bunuh diri untuk melarikan diri dari konflik dan stres (misalnya, pemisahan, kerugian finansial yang berat, dan diagnosis penyakit yang berat).
Bukti lain untuk pengaruh stres terhadap bunuh diri ialan selama deoresi yang dahsyat pada awal tahun 1930-an, angka bunuh diri melonjak dari 10 individu per 100.000 menjadi 17,4 individu per 100.000 dan juga di amerika  meningkat selama resesi ekonomi pada tahun 1970-an (National Institute of Mental Health, 1976; Wekstein, 1979).
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tidakvdiragukan bahwa stres memainkan peranan yang penting dalam banyak tindakan bunuh diri.
Depresi. Diperkirakan bahwa sekurangnya 80% dari para penderita yang bunuh diri mengalami depresi adalah 22 dan 36 kali lebih tinggi dibandingkan dikalangan orang yang tidak mengalami depresi (Flood & Saeger, 1968; Kraft & Babigian, 1976; Pokorny, 1964; Robins & Guze, 1972; Slater & Depue, 1981). Dengan demikian, kelihatan bahwa depresi menengahi hubungan antara stres dan bunuh diri.
Fantasi. Faktor yang penting dalam menentukan apakah salah seorang akan melakukan bunuh diri adalah fantasi tentang apa yang akan dicapai oleh bunuh diri itu (Furst & Ostow, 1979).
Identifikasi dengan Objek yang Hilang. Dalam berbicara mengenai penyebab depresi itu dipicu oleh suatu kehilangan yang menimbulakn stres. Apabila objek itu hilang karena kematian, maka ada kemungkinan usaha untuk mengidentifikasikan diri dengan orang yang hilang (mati) itu mengakibatkan bunuh diri.
Lahir kembali. Fabtasi lain yang dikemukakan untuk memahami bunuh diri adalah fantasi lain tentang lahir kembali sesudah kematian, orang yang sudah meninggal digambarkan sebagai orang yang telah bebas dari beban duniawi ini dan pergi ke suatu kehidupan yang baru disuatu tempat yang lebih baik. Akan teteapi, menarik kalau dikemukakan bahwa banyak agama yang mengatakan bunuh diri sebagai dosa dan orang yang bunuh diri itu ditolak untuk masuk surga.
Menghukum Diri Sendiri. Apabila kita melakukan hal yang tidak disetujui, kita sering menghukum diri sendiri dengan bermacam-macam cara, seperti membuang suatu kenikamatan atau hal yang menyenangkan.
Balas Dendam. Balas dendam mungkin berperan dalam bunuh diri karena kelihatan bahwa seseorang melakukan bunuh diri untuk membuat orang disekitar mereka merasa menyesal dan merasa bersalah, ini adalah pemikiran yang menarik dan pemikiran ini sering kelihatan dalam pembicaraan mengenai bunuh diri, dengan demikian, kita  juga harus mempertimbangkan penjelasan-penjelasan yang lain.
Pendekatan Belajar
Berikut ini akan dibicarakan kemungkinan bahwa gerak isyarat bunuh diri itu mungkin dilakukan dalam usaha untuk mendapat hadiah (perhatian).
Imitasi. Bila berhadapan dengan masalah, seseorang individu mungkin mendengar mengenai orang lain yang bunuh diri, bunuh diri orang lain itu mungkin juga memberi kesan sebagai suatu cara yang efektif untuk melakukan bunuh diri.
Bukti untuk akibat bunuh diri dari imitasi bunuh diri didasarkan pada fakta bahwa angka bunuh diri meningkat secara dramatis sesudah disampaikan ditelevisi atau surat kabar (Bollen & Phillips, 1982).
Pengaruh Buruk Tingkah Laku (Behavioral Contagion). Hanya memperolah ide untuk bunuh diri tidak cukup untuk mengakibatkan terjadinya perbuatan tersebut. Akan tetapi, pengekangan budaya terhadap bunuh diri. Pengaruh buruk tingkah laku terjadi apabila: (a) Seorang individu ingin melakukan sesuatu (b) Dikekang untuk melakukan itu karena masyarakat berkata bahwa tingkah laku itu salah (c) Melihat salah seorang yang melakukan hal itu dan berhasil meloloskan diri dengan hal itu, dan (d) Seseorang berpikir bahwa dia juga bisa melakukan hal itu.
Ancaman Bunuh diri dan Perhatian atau Hadiah Interpersonal. Ancaman-ancaman dan gerak isyarat bunuh diri sering digunakan untuk meminta bantuan atau untuk memanipulasi orang lain dan mendapat hadiah (Bostock & Williams, 1975). Misalnya, seorang pria mengancam akan bunuh diri karena wanita yang telah menjadi pacarnya memutuskan hubungan itu dan menolak untuk menjumpainya. Dia menulis surat dan berkata “Tanpa mu, kehidupan terasa hampa, kalau kamu tidak sempat menjumpaiku, aku akan mengakhiri hidup ku”. Tetapi ancaman tersebut bukan dasar untuk suatu hubungan, dengan demikian pada akhirnya dia melaporkan ancaman itu kepada polisi dan berhenti menjumpainya.
Pendekatan Kognitif
Dalam pendekatan ini , keterampilan memecahkan masalah yang tidak efektif dan keputusasaan merupakan mata rantai antara stres dan bunuh diri.
Pemecahan Masalah yang Jelek dan Ketegaran Kognitif. Penelitian memperlihatkan bahwa orang yang melakukan bunuh diri adalah pemecah masalah yang kurang efektif dibanding dengan prang yang tidak melakukan bunuh diri (Neuringer, 1964; Patsiokas et al, 1979; Schotte & Clum, 1987).
Ketidakmampuan dalam memecahkan masalah karena ketegaran kognitif dapat menimbulakn sejumlah implikasi yang berat. Misalnya, pemecahan masalah yang tidak baik yang dihadapkan dengan kesulitan finansial mungkin tidak mampu menemukan pemecahan yang efektif dan mungkin hanya mengulangi tindakan yang pada awalnya menimbulkan situasi yang sulit itu. Hal itu mungkin menyebabkan stres dan perasaan putus asa semakin meningkat tanpa adanya pemecahan dan akan semkain memperkuat keinginan untuk bunuh diri.
Keputusasaan. Faktor penting lain dalam pendekatan kognitif terhadap bunuh diri adalah keputusasaan. Sesungguhnya keputusasaan merupakan prediktornyang lebih baik dari niat untuk bunuh diri daripada depresi pada umumnya.
Dalam salah satu tes tentang model kognitif bunuh diri, para peneliti memeriksa tingkat keputusasaan dan pikiran tentang bunuh diri pada orang-orang yang mengalami stres yang tinggi atau rendah dalam kehidupannya dan siapa yang memiliki keterampilan baik atau buruk dalam memecahkan masalah (Schotte & Clum, 1982). Secara keseluruhan dapat dikatakan adanya bukti yang konsisten dan kuat bahwa stres dan keterampilan yang jelek (tidak baik), perasaan putus asa itu erat hubungannya dengan pikiran dan tingkah laku bunuh diri.
Delusi dan Halusinasi. Penting untuk diperhatikan bahwa angka bunuh diri dikalangan orang yang menderita skizofrenia adalah tinggi (Roy, 1983). Delusi dan halusinasi adalah penjelasan kognitif untuk bunuh diri. Kelihatanny, bunuh diri dapat disebabkan dua macam kognisi yang berbeda, yaitu: (a) kognisi normal yang menyangkut keterampil untuk memecahkan masalah dan keputusasaan, dan (b) kognisi abnormal yang menyangkut delusi dan halusinasi.
Alasan-alasan Kognitif untuk Tidak Bunuh diri. Disini dikemukakan enam faktor yang diperlihatkan dapat mereduksikan niat untuk bunuh diri, yaitu: (1) Kepercayaan akan kelangsungan hidup dan penanggulangan, (2) Tanggung jawab terhadap keluarga, (3) Perhatian terhadap anak, (4) Takut akan bunuh diri, (5) Takut dicela oleh orang lain, (6) Keberatan-keberatan moral. Adanya kognisi ini membantu kita untuk memahami apa sebabnya tidak setiap orang yang merasa putus asa melakukan bunuh diri.
Pendekatan Fisiologis
Kelihatan bahwa perbedaan fisiologi itu dihubungkan dengan penyebab depresi, dan kemudian menyebabkan bunuh diri.
Neurotransmiter, Depresi, dan Bunuh diri. Akan disinggung lagi bahwa pembicaraan sebelumnya tingkat-tingkat norepinefin dan serotonin yang rendah ada hubungannya dengan depresi. Ada dua penjelasan mengenai tingkat-tingkat neurotransmiter yang rendah ini pada diri orang yang bunuh diri. Pertama, stres dapat menyebabkan reduksi dalam tingkat-tingkat neurotransmiter. Tetapi, tidak semua pasien yang bunuh diri dengan tingkat neurotransmiter yang rendah mengalami stres yang tinggi. Kedua, ada kemungkinan bahwa tingkat-tingkat neurotransmiter yang rendah ditemukan dalam beberapa orang bunuh diri diwariskan.
Faktor-faktor Genetik. Untuk menjelasakan warisan tersebut ada dikemukakan tiga macam penelitian, yakni : Penelitian mengenai Keluarga, dalam usaha untuk menetapkan apakah warisan berperan dalam tindakan bunuh diri. Hasilnya tetap menunjukkan bahwa kejadian bunuh diri dikalangan sanak saudara dari orang-orang yang bunuh diri pada pokoknya lebih tinggi daripada angka dari sanak saudara yang tidak melakukan bunuh diri. Penelitian Saudara Kembar, suatu penelitian terhadap 149 pasang saudara kembar yang salah seorang telah melakukan bunuh diri menunjukkan suatu angka konkordansi yang jauh lebih tinggi di kalangan saudara identik (MZ, yaitu 18%) dibandingkan dengan para saudara kembar bersaudara (D2; 0%) (Haberlandt, 1976). Penelitian Saudara Angkat, ditemukan bahwa 57 saudara angkat yang melakukan bunuh diri memiliki lebih banyak sanak saudara biologis yang bunuh diri dibandingkan 57 saudara angkat yang tidak bunuh diri. Tetapi, dalam mempertimbangkan penemuan ini, tidak boleh disimpulkan diwariskan dan depresi itu kemudian menyebabkan bunuh diri.
GANGGUAN-GANGGUAN PSIKOFISIOLOGIS
Gangguan-gangguan psikofisiologis adalah kondisi-kondisi dimana konflik-konflik psikologis dan kecemasan menjadi penyebab dari timbulnya bermacam-macam penyakit fisik.
Sistem organ tertentu yang akan terpengaruh oleh reaksi psikofisiologis tergantung pada: (1) Sistem konstitusional tertentu mungkin lemah; (2) Penyakit dan kecelakaan sebelumnya yang diderita oleh yang bersangkutan; (3) Adanya suatu penyakit yang menyerang sistim organ dalam sanak keluarga penderita; (4) Sifat dan stres emosional; (5) Arti simbolis dari sistem organ tertentu bagi penderita; dan (6) Keuntungan sekunder yang mungkin diperoleh penderita melalui sintom yang dipilih (Gaerlan et al, 1969).
Stres
Stres terjadi apabila individu terpaksa memberikan respon terhadapa perubahan yang melemahkan individu sedemikian rupa sehingga dia harus memberikan respon dengan lebih hebat lagi atau dalam jangka waktu yang lebih lama. Sebelum respon terhadap stres dilakukan, terlebih dahulu individu harus menyadari bahwa ada suatu masalah.
Respons Kognitif
Stres adalah faktor psikologis utama yang ikut menyebabkan gangguan fisik. Setelah menyadari adanya stres, individu dapat menanggulanginya atau mempertahankan diri terhadapnya. Maka respons fisiologis digerakkan sehingga akibatnya rangsangan fisiologis menjadi meningkat, dan rangsangan fisiologis yang meningkat itu bisa menyebabkan gangguan-gangguan fisik.
Distres. Kesadaran akan adanya stresor menyebabkan individu mengalami distres yang melibatkan pikiran dan perasaan, seperti ketakutan, kebingungan, kecemasan, dan kekhawatiran.
Penanggulangan dan Pertahan. Cara lain untuk menanggulangi stres adalah menggunakan pertahanan yang untuk sementara mereduksikan distres tapi tidak menghilangkan masalah yang mendasar. Salah satu pertahan yang sering efektif adalah penolakan atau apa yang kadang-kadang disebut redefinisi situasi, lalu,  pertahan lain yang efektif adalah pikiran yang menghindar. Pikiran yang menghindar adalah dengan sengaja mengalihkan pikiran tentang hal yang membingungkan dari diri sendiri.
Respon Fisiologis
Dalam kebanyakan kasus, faktor yang sangat penting adalah respon fisiologis terhadapa stresor dapat menyebabkan peningkatan rangsangan, seperti denyut jantung, tekanan darah, tegangan otot meningkat dan produksi asam lambung yang bertambah banyak. Sebelum berbicara mengenai respons tubuh tersebut, terlebih dahulu akan diuraikan secara singkat organisasi dan fungsi sistem saraf.
Organisasi sistem dan Fungsi saraf. Sistem tersebut dibagi menjadi dua bagian utama, yakni sistem saraf pusat dan sistem saraf pinggir. Sistem saraf pusat terdiri dari otak serta urat saraf tulang belakang, dan fungsi utamanya menafsirkan informasi dan memprakasai respons-respons. Sebaliknya, sistem saraf pinggir adalah semua hubungan saraf yang tidak terdapat dalam otak serta urat saraf tulang belakang, dan fungsi utamanya adalah membawa semua informasi ke dan dari sistem saraf pusat.
Jalur Respons Fisiologis. Sistem saraf memberikan respons terhadap stresor melalui dua jalur, yakni salah satu jalur merangsang kelenjar pituitaria, yang pada gilirannya merangsang selaput adrenal yang menyebabkan kortisol dilepaskan kedalam aliran darah. Jalur kedua adalah rangsangan batang otak dan bagian  dari urat saraf  tulang belakang yang pada gilirannya merangsang bagian dalam kelenjar adrenal untuk mengeluarkan epinefrin.
Katekolamin yang Beredar versus Katekolamin Pusat. Seperti diketahui bahwa epinefrin dan norepinefrin memainkan peranan penting dalam respon terhadap stres karna keduanya menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Epinefrin dan norenefrin adalah katekolamin dan bila mereka berada dalam aliran darah, maka mereka disebut sebagai katekolamin yang beredar.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi (hypetension)
Penyakit kardiovaskular yang lain ialah tekanan darah tinggi emosi-emosi yang kuatdan kecemasankecemsan yang hebat dan berkelanjutan menjelma menjadi reaksi sematik yanng langsung mengenai sistem prdaran darah sehingga pengaruhi detak jantung dan perdaran darah. Percobaan menunjukan bahwa ketakutan , kecemasan, dan kemarahan atau agresi yangcenderung meningkatakan tkanan darah dan memprcepat detak jantung yang normal
Ada dua macam tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah tinggi esensial yang sering disebut juga tekanan darah tinggi primer dan tekanan darah tinggi sekunder. Tekana darah tinggi esensial adalah tekanan darah inggi yang kronis dan tetap bertahan ( dan dak pernah turun-turun) dan penyebab fisiknya  tidak ditemuan, dnga demikian dasumsikan bahwa tekanan darah tinggi itu disebabkan oleh faktor psikologis
Jika tegangan-tegangan emosional berlangsung dalam jangka waktu lama dan sifatnya kronis serta tidak apat direduksikan  dangan jalan penyesuaian diri dan mekanisme yang afektif. Penyebab timbulnya penyakit dara tingi
Sedangkan darah tinggi sekuder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh fakto-faktor fisiologis yan diketahui, seperti pemakaian garm  yang berlebihan terhadap makanan, kerukana ginjal atau ateroslerosis. Disebut sekunder karena tekanan darah tinggi itu  adalah samping dari gangguan fisik yang lain dipusatkan pada tekanan darah tinggi esensial.
Tekanan darah tinggi itu suatu gangguan yang meluas dan cukup berat diperkirakan 1 dari 6 orang dewasa mengalami tekanan darah tinggi  dan 90% orag mengalami tekanan darah tinggi esensial(Holmes, 1991)
Ada dua macam tekanan darah : tekanan darah sistolik(systolic blood pressure) adalah tekana darah yang tingkatannya tinggi dan terjadi sgera sesudah jantung berdebyut ketika darah dipaksa melalui sistem. dan tekanan darah diastolik (diastolic blood pressure) adalah tekanan darah yang tingkatannya rendah dan terjadi segera sebelum sebelum jantung berdenyut. Meskipun ukurannya 120/80 dianggap normal tetapi tekanan darah sangat berbeda.
Individu-ondividu bisanya didiagnosis bagai rang yang menderita tekanan darah tinggi apabila merka memilii tekanan darah 140/90 atau lebih tinggi lagi (pickering, 1968) kedua tekanan darah itu hars tinggi jika ada tekanan bermasalah dan tidak ada kesepakatan apakah tigginya tenkanan darah sstolik atau diastolik. Ada beberapa orang menderita tekanan darah rendah(hipotensi/ hypotesion) suatu masalah yang berat tetapi menyebabkan individu merasa tiba-tiba pusing kalo langsung berdiri kerana dalam waktu yang singkt dala teknan tidak mncukupi bagian darah untuk mencapai otak.
Perkembangan dari tekanan darah esensial ada dua tahap: pertama, stres menyebab kan tekanan darah untuk sementara meningkat. Kedua, tkanan darah meningkat memnyebabkan pembulu nadi membesar, dan pembulu nat itu dapat ditemukan oleh seperangkat sensir yang disebut baroresptor(baroreceptors) yang kemudian mengirim sinyal kesistem syaraf sentral untuk mereduksi tekanan darah.
Penyebab. Faktor fisioligi – terutama stres sosial dan okupasioal- dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Teori psikosomatik awal mengemukakan bahwa tekana darah yonggi esensial disebabkan oleh kemarahan yang selalu ditekan dan banyak bukti mendukung petayaan
Perawatan dan pencegahan
Seoang individu yang pembuu nadi koronerna terhambat mungkin harus menjalani operasi  yang dinamakan opersi linas koroner(coronaru bypass surgery) uyang dilakuna dengan cara menbuang pembulu nadi yang terhambat sehingga darah bisa mengalir dengan lancar sampai kejantung. Bermaca obat yang digunakan untuk erawat penyakit kardiovaskular. Salah satu obat yang digunakan adalah ddiuretik adalah obat mengurangi banyak cairan itu berkurangg, maka tekanan dalam sistem kardiovaskularakan semakin berkurang.
Tekanan dalam sistem kardiovaskular dapat juga direduksikan dengan obat beta blocker yang meeduksikan denyut jantung. Obat ini disebut beta blocker karena dapat merintangi transmisi sinaptik kepada apa yang disebut beta reseptor pada sinapsi dari sistem syaraf simpatik. Langkah preventif yang tepat tidak diambil, maka masalah masalah itu akan muncil lagi. Hal yang paling penting  upaya mencegah ada dua faktor yakni makanan dan stres
Ada tiga strategi yang diguanakan untuk mengurangi stres
·         Latihan biofeedbck
Respon –respon otonom dari sistem syaraf pinggir (pariferi) pada umumnya tidak bisa dikontrol maka itulah sebabnya mengapa sulit sekali mengontrol respon fisiologis terhadap stres
·         Senam aerobik
Progra-program senam aerobik juga diperhatikan lebih efektif untuk rehabilitas fisiologi dan psikoligis bagi individu-individu sesuang mengalami seranga jantung atau operasi lintas
·         Latihan menangani stres untuk menghindari permusuhan atau mereduksika rangsangan yang menyertainya  bproram ini meliputi bermacam-macam mengajar individu untuk:
o   Memperbaiki komunikasi sehingga permusuhan dapat dijauhi
o   Mengungkapka perasaan individu sehingga tenang direduksikan
o   Menggunakan strategi untuk mencapai tujuan yang tidak memerlukan rangsangan lama
o   Meetapka hadiah-hadiah  untuk prestasi yang tidak memerlukan tingkah laku yang mnyibukan diri
o   Menggunakan latihan-latihan relaksasi
sakit kepala
merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan rasa sakit, sakit kepala dapat disebabkan oleh faktor-faktor emosional(tegangan emosional) oleh gangguan kardiovaskular (pembulu nadi jantung ) yang menyebabkan meningkatnya tekanan intrakrasinial( tekanan pada tengkorak).
Sakit kepala migrain
Menimbulakan rasa sakit yang hebatdan benar-benar bisa melumpukan individu. Disamping rasa sakt biasanya mual, muntah, sangat peka terhadap cahaya, dan merasa sangat senang berada dikegelapan dan tempat yang dingin, sehinggat berlangsung jangka waktu yang lama , rasa sakit beruah menjadi denyut-denyut menjadi rasa sakit terus menerus rasa sakit itu berlangsung selama kurang 24 jam .
Penyebab , penyempitan membatasi persediaan darah dan hal itu menyebabkan simtom-simtom, ketika proes berlangsung, pembulu nadi krania berbah dari kadaan menyempitan menjadi keadaan membesa. Ketika pembulu nadi itu membasar  mereka menekan syaraf-syaraf disekitar yag peka terhadap rasa sakit dan tekanan tersebut memyebabkan rasa sakit pada kepala, ketika berlangsung terus, pembulu nadi yang sudah membasar itu meradang dan menjadi kaku, dan dengan demikian rasa sakit yang berdenyut-denyut menjadi rasa sakit yang berlangung terus menerus
Segi oandang psiodinamik, umumnya orang menerima bahwasakit kepala migrain desebabkan oleh teganagn aau stres akibat frustasi yang bekepanjangan. Tetapi, pengaruh dari tegangan atau stres itu blum dapat dibuktikan(holmes, 1991)
Perawatan, dengan menggunakan obat-obat stimulan seperti ergotamin tartarat dan kafeina. Obat stimulan adalah efektif untuk mereduksikan raa sakit karena obat-obatan tersebut menyebabkan pembulu-pembulu nadi membesar menjadi menyempit  dan demikian, mereduksikan tekana pada syaraf-syaraf  disekitarnya peka akan rsa sakit
Salah satunya perawata psikologis yang diperkenalkan secara luas terhadap sakt kepala migrain  adalah apa yang dinamakan finger temperature biofeedback, suatu perawatan yang dikembangankan secar kebetulan (Holmes, 1991). Secra keseluruhan dapat dikatakan bahwa biofeed-back belum dipandang efektif. Terlepas pada penemuan-penemuan ini, kaena metode ini diperkenalkan secara luas dan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian kasus awal serta daya tarik intuitif
Sakit kepala karena tegang ( tension headaches)
Sakit kepala karna kotraksi otak ( muscle contraction headaches) adalah sangat umum. Rasa sakit terus menerus biassannya terjadi pada sua sisi kepala, dan sangat sering terjadi pertama-tama pada daerah frontal ( bagian depa kepala  akni pada dahi) atau pada daerah suboksipital ( pada bagian beakang kepala atas tegkuk) rsa sakit kepala tegang disebbkan karean otot-otot pada bagian yang skit menggerut pada jangka waktu yang lama.
Penyebab, sumber rasa sakit  itu tidak jelas tetapi aa kemungkinan bahwa hal itu disebabkan oleh aliran darah an persediaan energi yang berkurangg karena otor tetap  mengerut dalam jangka waktu yang lama. Kntraksi ptot yang berlangsunng jangka lama itupada umumny disebabkan stres psikologis.
Perawatan, pendekatan psikologis adalah mengajar individu-individu bagaimana caranya untuk bersikap relaks pada umumnya dan bagaimana merelaksasikan otot-otot pada muka, tengkuk, dan bahu. Dua pendekatan digunakan untuk mengajar relaksasi(relaxation), yakni latihan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxtion training) adalah suatu prosedur diana individu menegangkan dan kemudian merelaksasikan, dan latian biofeedback elektromiografis( electromyographic biofeedbac training) digunakan untuk meneliti aktiitas otot, dan indivdu akan segera diberi feedback mengenai otot menegangkan ataumengendur.
Ganguan – ganguan kekebalan
Unsur-unsur yang menyebabkan penyakit dan keracunan, sepert bakteri, virus, jamus, dan sebagainya. Jika dibiarkan tanpa dikontrol, unsur-unsur ini dapat menyebabkan bermacam-macam penyakit, mlai dari pilek sampai kanker . telah dipelajari bahwafakto-faktor psikologis sangat berperan fungsi sistem kekebalan.
Fungsi sistem kekebalan
Menyebabkan  penyakit yang memasuki tubuu manusia pada umumnya disbut antigen. Fungsi dan kekebalan adalah membinasakan antigen, dan dmikan mencegah pennyakit. Melawa antigen adalah sel-sel darah putih yang beredar dirseluruh tubuh manusia melalui daah. Sel-sel putih secara teknis dinamakan leukosit.leukosis diproduksi dalam jaringan limpa dalam bongkol limpa, sumsumtulan, limpa kecil, dan bagian dari limpa lambung dan usus.
Ada tiga macam leukosit; limfosit, granulosit, dan monosit. Limosit dibagi menjadi ua macam, yaki sel B dan sel T.  Sel B membiasakan  antigen yang mengepun g dan mengeluarkan zat-zat yag melumpuhkan antigen( dengan mracuninya). Sel  t diabagi menjadi tia bagian : a. Sel pebulu yang membinasakan dengan memakannya, b. Sel penolong, c. Sel penekan.  Kmampuan kekebalan eorang individu diukur dengan memasukan antigen yang lemah kedalem darah dan kemudian diuji untuk menentkan apakan jumlah limosit melawan penykit itu bertambah kerna leukosit melawan penyakit bertambah. Penting untk diketahui ada perbedaan individual kemampusn kekebalan semakn kurang rensponsif seste kekebalan, maka semakin pula kekebalan individu iu akan menderita penyakit
Faktor-faktor psikologis dan fungsi sistem  kekebalan
Pada umumnya diterimabahwa kemampuan dan kekealan yang berkurang mengalami stres yang merupakan faktor penengah dalam hubungan stres dan penyakit.
Kemampuan kekebalam berkuang, kempuan kekebalan dapat mempengaruhi oleh faktor fisiollogis dan faktor psikologis. Yang menarik banyak perhatian belakangan ini adala virus AIDS. Yang membunuh limfositpada khususnya vius AIDS membunuh sel T penolong sehinggal sisem tersebuttidak terangsang untuk menghasilkan sel pembunuh lebih banyak ketika diserang oleh antigen. Karena tidak ada sel pembunuh yng cukup, maka individu yang menderita AIDS meninggal karena bermacam penyakit, termasuk radang paru-paru
Dalam penelitian yang menghubungan stres kehidupan dengan penyakit diasumsikan bawa sttres kehidupan yang tinggi menyebabkan kekurangan kekebalan tubuh yang akan menyebakan peyakitkerana despresi adalah suau stresor., dapat disimpulan bahwa stres psikologis pengaruh terhadap pengurangan kemampuan kekebalan yang pada gilirannya mempengarhi kesehatan fisisk.
Kemampuan kekebalan bertambah, bwa stres psikologis  bertambah dan meningkatkan  dapat mengakibatkan kemampuan kekebalan berkurang. Ada bukti bahwa penangan stres adalah afektifuntuk menpengaruhi penngaruh dalam stres terhadap sistem kekebalan, kebugaran aerobik berfungsi untk mengimbangipengaruh stres dalam hubungannya dangan stres dan penyakit.
Kanker
Sekelompok penyakit yang menyebabkan pengenbangbiakan sel-sel secara abnomal. Semua genetik diprogramka untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga diprogramkan untuk menghentika pengemangan tersebut. Sesuatu gangguan dalam mekanisme yang menhentikan pengembangbiakan sel tersebut menyebabkan pertumbuhan abnormal yang dinamakan timor.
Ada dua tumor yaitu ; tumor ganas( malignant tumor) dapat menyeranng dan mematikan jaringan disekitarnya sedangkan tumor lunak ( benign tumor) berdiri sendiri dan menimbulkan  masalah bila meneka jaringan yang ada disekiar. Maka tumor pada akhirnya menghalangi atau membunuh suatu janringan yang sangat penting untuk individu. Dan akhirnya individu akan mati.
Struktur gen-gen yang mengontrol pengebangbiakan sel beruah secara spontan (kerusakan dalam poroses pembagian sel) atau kerena terbuka pada zat asing yang disebut karsinogen( zat yang menyebabkan kanker) karsnogen  yang terkenal adalah rokok, asbes, dan sinar ultraviolet
Hubunngan antaa fungsi sistem kekebalan dan bahaya mengembangkan kanker digambarkan dengan jelas dalam kasus orang yanng mengalami pencakokan akan menyadari organ yang dicangkok itu sebagian suatu yang asing. Stres psikologis menurangi sistem kekebalan kemungkkinan stres psikologis dapa menyebabkan perkembangan kanker
Faktor-faktor psikologis sebagai penyebab kanker.seperti merokok, makanan, minum-minuman beralkohol, dan terbuka terhadap sinar ultraviolet manyebabkan perkembangan kanker, dan sejauh fakor-faktor itu berkaitan dengan ingkah laku, mak proses psikologis dalam mengontrolnya
Kamungkinan hubungan stres dan kanker dteliti dengan banyak cara. Lapora retrospektif untuk membandingkan sejarah pengalaman yang menyebabkan stres dalam kehidupan orang yang menderita kanker. Meskipun bnyak peneliti menunjukan adanya hubunan stres da kanker , kesimpulan tersebut tidak bisa ditark dengan tegas, karena : (a) penemuan itu kadang tidak konsisten antara penelitian yang satu dengan penelitian yan lain, (b) pertanyaan mungkin dapat dikemukakan mengenai validitas laporan tentang diri sendiri(self-reports), (c)adanya kemungkinan meskipun para pasien yang menderita kanker mengalami stres yang lebih heba.
Hubungan antara stres dan kanker iu diteliti adalah menggunakan peneltian prospektif yaitu: (a)data yang dikelompok individu yang tidak diduga menderita kanker, (b) para individu kemudian diteliti lagi untuk menentukan siapa yang mengembagkan kanker, dan akhirnya (c) mereka mengembangkan kanker yang tidak mengembagkan kanker berdasarkan data yang dikumpulkan
Hubungan antara kepribadian dan kanker juga diteliti denan meriksa hubungan antara kepribdian da lamanya hidup. Hasil dari penelitian menunjukn bahwa hakekatnya, karakteristik-karakteristik sama yang ada hhubungannya engan suatu kemungkinan lebih besar mengembangkan kanker ada juga dengan hubungannya dengan jangka waktu yang pendek. Disimpulakan depresi, keputusaaan dab supresi emosi mungkin ada hubungannya dengan perkmbanga kanker dan dengan lamanya hidup setelah dilakukan diagnosis.
Teori I : stres menyebabkan perkembangan karakteristik pribadian tertentu dan kanker. Dengan demikaian karakteristik-karakteristik kepribadian secara tidak langsung ada hubungannya dengan kanker karena stres yang mendasar.
Teori II  :  karakterisik – karakteristik kepribdian tertentu menyebabkan stres dan stres yang laa iku menyebabkan perkembangan kanker
Secara khusus dikemuakan bahwa kasus kanker yang disebabkan virus adanya stres penyebab peningkatan pertumbuhan tumor dan penghentian stres bisa menyebabkan penurunan tumor.tetapi dalam kasus kanker yang tidak disebabkan virus , adanya stres penyebab penurunan tumor sedangan kan pemberentian stres bisa menybabkan tumor
Penemuan ini tidak harus bertentangan hipotesis bahwastres mempengaruhi fungsi sistem kekebalan yang pada gilirannya mempengarui perkembangan kanker.
Perawatan psikologis terhadap pasien kanker
·         Petama, kerana kanker sering menyebabkan kematian, maaka kanker merupakan penyakit yang sangat berpotensial manimbulan stres .
·         Kedua, kemoterapiyang hrus dijalani leh banyak pasien kanker menimbulkan banyak akiat samping negatif, seperti rasa sakit, muak, muntah serta psikolok telah aktf dan afektif dalam mengembangkan program perawata yang mengurangi akibat samping
·         Ketiga, membantu para pasienyang menanggulangi stres akibat amping kemotrapi, juga dilakukan  bebrapa usaha untuk menggunakan pendekatan psiklogis terhadap perawatan kanker
Radang sendi rematik
Radang sendi disebut juga artristik adalah suatu penyakit berupa rasa sakit pada tulang ada 3 macam yaitu :
·         Oteoartritis, ialah  kerusakan lapisan halus pada tulang sendi
·         Encok ( pembengkakan pada persendian )
·         Radang sendi rematik terjadi apabila sistem kekebalan menyerang zat-zatyang memasuki tulang sendi dan dalam beberapa prosesmeruka membran yag menutupi tulang sndi
Faktor psikoogis yang ikut memnyebabkan radang sendi rematik. Penyebab dari radang sendi rematik tidak dipahami sepenuhnya, tetapi sudah bertahun-tahn didug bahwa faktor psikologis berperan dalam pekembangannya.
Stres dan subtpe radang sendi rematik. Menunjukan suat hubungan antara stres dan perkembangan radang sendi rematik, tetpi daalmbermacam-macam kasus stres tidak ditemukan sebagai suatu faktor.
Effort syndrome dan post-power syndrome
Effort syndrome adalah reaksi somatik dalam btuk sekelompok tanda dan sintom penyakit luka-luka atau kerusakan, sedangkan yang sangat populer post-power syndrome ialah reasi somatok dalam benuk sekumpulan sintom penyakit , luk-luka, serta kerusakan fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif ilah pensiun atau karena sudah tidak mempunyai jabata dan kerusakan lagi. Jka semuanya berlarut-larut, maka akan mengakibatkan proses dementian yang berlangsung cepat, merusak fungsi-fungsi organik, dan mengakibatkan macam-macam ganggua mental lain yang bisa mempercepat kematiannya.
Penyakit kulit
Menetahui faktor-faktor psiogenik yang menyebabkan penyakit-penyakit kulit, seperti eksim, gelegata, jerawat, gatal-gatal, neurodermatosis(penyebab gatal-gatal pada kult yang sudah kronis), gaggun pada selaput lendir mulut dan bibir, dan scleroderma(penyakit parah yang menyebabkan semua lapian kulit mengeras dan kaku)faktor-faktor yang dilaporkan ialah tendensiagresif yang kuat, kebuuhan-kebutuhab voyeuristis dan eksibionistik yang tidak disadari, dan perasaan yang mengiringnya, yakni perasaan bersalah dan malu.
Asma
Ganggua berupa esulitan benafas yag disebabkan  kekejangan pada otot-otot saluran pernapasan da jugaoleh edema (akumulasi caran darh pada jaringan sel selaput lendir dan saluran pernapasan atau pipa udara). Serangan smatis sering ali berakhir dngan batuk-batuk kejang. Konflik seperti ini ditemukan pada sebagian pola kepribadian dan penyakit asma mungkin terdapat individu-individu  yag mennnjukan sifat-sifat berlawanan, seperti misalnya sensiif(peka), agresif, ambisius, dan kompulsif.
Penyakit otot kerangka
Berupa radang sendi rematik (rheumatoid arthritik), sakt punggung, dan kejang otot. Peranan faktor emosional dalam menimbulkan gangguan ini dapat dipahami dengan baik kaena ada hubungan yang erat antara tegangan dan pelepasannya memalui kegiata otot.
Sakit punggung
Sakit punggung dibawah ni sering dilaporkan pada berbagian gguuan neurotik. Ini mugkin disebabkan karena terus menerus tegang atau juga disebabkan yang sangat berat
Kejang otot
Gangguan-gangguan psikodinamik tidak selalu di diagnosis dengan emosi sebagai penyebabnya, gangguan psikosomatik itu untk sebagian besar hanya sedikit atau hanya sementara saja menghilangkan kemampuan. Gangguan psikosomatik haya terbatas pada difungsi somatik padaorgan-organ yang terkontrol oleh istem syarf otonomi, edegankan histeria konveri terbatas pada sintom-sintom seperti kelumpuhan dan mestesia yang terjadi pada organ-organ yang dirangsang oleh bagian urat saraf otak besar dan tulang belakang.

Disusun oleh:
Elfa Haifa Ramdhaniah                                          (12512451)

DAFTAR PUSTAKA
Anthe, G.W, Baldessarini,R.J,&Ornsteen,”Influence of Catecholamines on Nucleitida-Induced
Platelet Aggregation”, Nature, 1966.212.415-417
Buker,F.M.”Black Youth Suicide: Literature Review with a Focus on Prevention”, jurnal of the
national Medical Association,1990.82.493-507
Baker,G.H.”Life Events Before the Onzeiof Rhematoid Arthritis”, Psychoterapy and
Psychosomatics,1982.38,173-177.
Cute Hello Kitty 13