Neorisis
(psikoneurosis)
Seorang pria mengeluh karena merasa sakit di sekitar
jantungnnya. Ia kemudian pergi kedokter dan dokter mengatakan ia tidak
menemukan penyebab organik dari penyakitnya itu. Seorang perajurit yang akan
pergi kemedan perang tiba-tiba tidak dapat mengangkat lengan kanannya. Secara
fisik ia tidak cedera, tetap tangannya benar-benar lumpuh.
Semua tingkah laku yang dikemukakan diatas disebut
penyesuaian diri neurotik. Dalam psikiatri sebenarnya pengertian neurosis itu
bermacam-macam. Neurosis dalam psikoanalisis menurut tokoh terkenal, Sigmund
Freud adalah kesehatan jiwa dan badan yang terganggu karena adanya konflik dan
kesulitan dalam jiwa individu. Dasar dari adanya neurosis menurut psikoanalisis
ialah adanya konflik dan kesulitan batin. Pengertian neurosis tidak akan
dibatasi menurut pengertian-pengertian diatas. Penderita neurotik jadi sakit
karena merasa tertekan dari luar dan dari dalam serta memperlihatkan
sintom-sintom yang melumpuhkan meskipun tidak begitu berat dibandingkan dengan
gangguan mental yang lain. Disini, neurosis dapat didefinisikan sebagai
gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh tegangan emosi sebagai akibat dari
frustasi, konflik, represi, atau perasaaan tidak nyaman.
Meskipun bentuk dari neurosis itu beraneka ragam dan
setiap penderita neurotik sangat uni dalam memperlihatkan sintom-sintom
tertentu, tetapi beberapa ciri umum dapat ditemukan dalam semua bentuk
neurosis. Ciri-ciri umum itu ialah:
1.Kecemasan
Penderita neurotik selalu dibayang-bayangi oleh perasaan
ngeri atau takut. Ia selalu gelisah walaupun berada dalam keadaan-keadaan yang
biasa. Kecemasan neurosis harus dibedakan dari ketakutan. Ketakutan adalah
respon emosional yang seimbang dengan bahaya yang dihadapi dalam kenyataan,
sedangkan kecemasan neurosis merupakan reaksi yang tidak seimbang dengan
besarnya bahaya yang ada.
Kecemasan neurosis adalah perasaan tidak aman yang
berkembang dalam individu yang disebabkan oleh situasi-situasi lingkungan yang
rupanya tidak berbahaya atau hanya sedikit menekan. Kecemasan-kecemasan
neurotik juga mungkin muncul, misalnya oleh impuls-impuls yang dialaminya yang
bersifat seksual atau agresif.
2.
Tidak Dapat Berfungsi Sesuai dengan Kapasitas
Biasanya penderita neurotik tidak dapat mewujudkan
potensinya dan gagal mencapai keberhasilan. Ia bekerja, tetapi selalu mengalami
sintom-sintom somatik yang melemahkan, selalu merasa cemas dan takut-takut,
waktu dihabiskan hanya dengan memikirkan dirinya sendiri, dan tidak mampu
menjalin hubungan yang sehat
3.
Pola Tingkah laku yang Kaku atau Diulang-ulang
Ciri tingkah laku neurosis kadang-kadang disebut
kebodohan neurotik (neurotic stupidity).
Penderita tersebut rupanya tidak mampu mempelajari cara-cara baru untuk
menyesuaikan diri dengan masalah-masalah kehidupan. Ia menganut pola-pola kaku
digunakannya secara tidak tepat untuk berbagai situasi (selalu membuat respons
yang sama dan tidak tepat). Pola tingkah laku kompulsif merupakan salah satu
contoh kekalutan tersebut.
4.
Sikap Egosentrik
Orang yang neurotik selalu mengutamakan dirinya sendiri.
Kesadaran akan dirinya sendiri lebih kuat dibandingkan dengan orang yang normal
dan akibatnya ia selalu membandin-bandingkan dirinya sendiri dan situasinya
dengan orang lain dan situasi mereka. Ia sering menuntut kepada orang lain
hanya karena ia ingin mementingkan dirinya sendiri.
5.
Hipersensitif
Karena tingginya tingkat ketegangan yang dialami, maka
penderita neurotik secara khas mengadakan reaksi berlebihan terhadap situasi
kehidupan. Sifat ini diperlihatkan dengan sikap mudah tersinggung, tidak mampu
menahan kritik, bereaksi secara berlebihan terhadap pujian atau sanjungan, sering
mengeluh tentang perasaan fisik yang tidak enak walaupun hanya kecil, dan
bereaksi dengan hebat terhadap situasi-situasi stres yang normal
6.
Tidak Matang
Para penderita neurotik pada umumnya adalah orang-orang
yang telah gagal mengembangkan pola-pola emosi dan motivasi yang dewasa.
Hubungan emosional mereka sering berceritakan ketergantungan dan
kebutuhan-kebutuhan yang berlebihan
7.
Keluhan-Keluhan dan Sintom-Sintom Somatik
Perasaan tidak enak atau lemah sebagai sintom-sintom
fisik merupakan hal-hal yang paling sering menyebabkan penderita neurotik
menganggap dirinya sebagai orang yang sakit. Penyakit fisik yang dasarrnya
psikogenik itu mungkin berwujud rasa sakit di bagian-bagian tertentu dari
tubuh, disfungsi sistem organ tubuh, hipersensitif, bahkan mungkin kelumpuhan.
8.
Tidak Bahagia
Karena menderita banyak gangguan, maka mudah dipahami
mengapa penderita neurotik menjadi orang yang tidak bahagia. Merasa kesepian,
merasa sakit, atau “kehilangan hal-hal yang enak dan menyenangkan dalam hidup”
adalah ciri-ciri khas dari penderita neurotik.
9.
Motivasi Tak Sadar
Pada individu yang normal. Motivasi tak sadar merupakan
dasar bagi banyak tingkah laku, sedangkan pada penderita neurotik motivasi tak
sadar menguasai reaksi-reaksi yang penting terhadap situasi-situasi kehidupan.
Perbedaan antara neurosis dan psikosis adalah:
1.
Dalam
neurosis tidak ada patoloi organik yang elevan. Penyebab tingkah laku neurotik
adalah psikologis meskipun pada akhirnya dapat menimbulkan patologi organik
atau ada kaitannya dengannya
2.
Tidak
ada disorganisasi kepribadian yang berat seperti terdapat pada reaksi-reaksi
prikotis. Orang yang neurotik secara relatif masih terintegrasi dengan baik
3.
Tidak
ada distorsi terhadap kenyataan. Persepsi orang yang neurotik mengenai lingkungan
masih tetap berada dalam batas-batas normal. Misalnya : berhalusinasi /delusi
4.
Tidak
ada gangguan-gagguan perasaan yang dalam dan bertahan lama.
5.
Potensi-potensi
intelektualnya tetap tidakterpengaruh, meskipun dalam kondisi neurotik,
terutama dalam kasus kecemasan yang berlebihan yang mungkin sementara waktu
dapatmenghalagi potensi-potensi intelektualnya.
Disini akan diklasifikasikan reaksi-reaksi neurotik
sebagai berikut:
1.
Gangguan-gangguan
kecemasan
2.
Gangguan-gangguan
somatoform
3.
Gangguan-gangguan
disosiatif
4.
Gangguna-gangguan
inipolar (depresi)
5.
Bunuh
diri
6.
Gangguan-gangguan
psikofisiologis
Gangguan-Gangguan Kecemasan
Suatu kelompok gangguan dikenal dengan sebutan
gangguan-gangguan kecemasan. Seperti tersirat dalam sebutan tersebut, dalam
gangguan0gangguan ini, kecemasan merupakan simtom
utama atau penyebab dari
simtom-simtom yang lain. Misalnya, orang-orang yang mengalami depresi biasanya
merasa cemas dan kita sering melihat kecemasan merupakan simtom dalam
skizofrenia.
Simtom
Disini akan dibicarakan simtom-simtom suasana hati,
simtom-simtom kognitif, simtom-simtom somatik, dan simtom-sintom motor.
1.
Simtom
Suasana Hati
Simtom-simtom suasana hati dalam gangguan-gangguan
kecemasan adalah kecemasan, tegangan, panik dan kekhawatiran. Individu yang
mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang
mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui . simtom-simtom
suasana hati yang lain adalah depresi dan sifat mudah marah. Orang yang
mengalami kecemasan tidak bisa tidur dan dengan dengan demikian dapat
menyebabkan sifat mudah marah.
2.
Simtom
Kognitif
Simtom-simtom kognitif dalam gangguan-gangguan kecemasan
menunjukan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai bencana yang diantisipasi
oleh individu. Misalnya, seorang individu yang merasa takut berada ditengah
khalayak ramai (agorafobia) menghabiskan banyak waktu untuk khawatir mengenai
hal-hal yang tidak menyenangkan (mengerikan) yang mungkin terjadi, dan kemudian
dia merencanakan bagaimana dia harus menghindari hal-hal tersebut.
3.
Simtom
Somatik
Simtom-sitom somatik dari kecemasan dapat dibagi menjadi
dua kelompok.
Pertama adalah sintom-sintom langsung yang terdiri dari keringat,
mulut kering, bernafas pendek, denyut nadi cepat, tekanan darah meningkat,
kepala terasa berdenyut-denyut, dan oto terasa tegang.
Kedua adalah kecemasan
itu berkepanjangan, sintom-sintom tambahan, seperti tekanan darah meningkat
secara kronis, sakit kepala, otot melemah dan gangguan usus (kesulitan dalam
pencernaan, rasa nyeri pada perut) mungkin akan terjadi
Tidak semua orang yang mengalami kecemasan akan mengalami
sintom-sintom yang fisik yang sama. Hal itu terjadi karena perbedaan-perbedaan
individual dalam pemolaan reaktifitas otonomi ( Leacey, 1950.1967) Misalnya,
bila seseorang merasa cemas maka ia akan mengalami otot yang tegang terutama
pada kerongkongan atau kemungkinan lebih besar juga seseorang merespons dengan
tekanan darah yang meningkat.
4.
Simtom
Motor
Orang-orang yang cemas sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk,
dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi sedara tiba-tiba. Simtom-simtom motor
ini mrupakan gambaran ranfsangan kognitif dan somatik yang tinggi pada individu
dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasakan
mengancam.
Gangguan-gangguan kecemasan dibagi dalam dua kelompok
yakni gangguan-gangguan fobia dan anxiety
states.
Gangguan-gangguan Fobia
Fobia adalah reaksi ketakutan yang hebat (abnormal)
terhadap situasi atau benda yang khusus.meskipun orang yang bersangkutan
menyadari bahwa bahata yang aktual sesungguhnya tidak ada, tetapi ia tetap
merasa takut. Biasanya ia mengalami ketakutan hanya apabila berada dalam
situasi yang khusus atau apabila melihat benda yang khusus.
Gangguan fobia itu dibagi atas tiga kelompok, yakni
agorafobia, fobia sosial, dan fobia sederhana atau spesifik.
Agorafobia. Istilah agora dalam agorafobia adalah tempat
pertemuan, tempat untuk berkumpul, tempat pasar. Agorafobia padamulanya berarti
ketakutan patologik terhadap tempat-tempat yang terbuka atau tempat-tempat
umum. Kehidupan orang-orang yang menderita agorafobia didominasi oleh usaha-usaha
mereka untuk menghindari kontak dengan orang banyak; dan dengan demikian,
mereka tetap tinggal di rumah dan jarang atau kalau terpaksa harus berpergian
selalu didampingi oleh orang lain. Berada ditengah-tengah orang banyak membuat
mereka takut karenamungkin ada sesuatu yang akan menimpa mereka.
Fobia Sosial. fobia sosial
dalam bentuknya yang lain lebih ringan kadang-kadang disebut kcemasan sosial-
adalah ketakutan yang terus menerus dan irasional terhadap kehadiran orang
lain. Individu berusaha menghindari suatu situasi khusus dimana ia mungkin
dikritik dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau bertingkah laku dengan cara
memalukan. Dengan demikian ,orang-orang yang menderita fobia sosial menghindari
orang-orang karena takut di kritik.
Fobia sederhana atau spesifik. Fobia sederhana atau
spesifik adalah ketakutan patologik yang eksesif dan tidak realistik terhadap
objek terentu atau situasi tertentu misalnya, jarum, lift, ular, angin ribut,
darah, dokter gigi dan tempat-tempat tertutup. Bila individu yang menderita
fobia ini benar-benar berhadapan dengan stimulus fobia maka ia memberikan
respon secara tegang dan cemas. Misalnya, orang dengan fobia jarum berhadapan
langsung dengan jarum akan berkeringat, kesulitan bernafas, dan jantungnya
berdebar denga cepat.
Macam-macam fobia sederhana atau spesifik antara lain :
1.
Akluofobia,
skotofobia, noktifobia :
takut didalam kegelapan,takut pada malam
hari
2.
Akrofobia,
hipsofobia :
takut pada ketinggian
3.
Aikmofobia,
belonefobia :
takut pada benda-benda tajam
4.
Ailurofobia,
galeofobia,gatofobia :
takut pada kucing
5.
Androfobia :
takut pada lai-laki
6.
Anemofobia :
takut pada angin
7.
Antofobia :
takut pada bunga
8.
Amatofobia :
takut pada debu
9.
Araknefobia :
takut pada laba-laba
10. Astenofobia :
takut pada kelemahan
11. Automisofobia :
takut pada hal-hal yang kotor
12. Barofobia :
takut ditarik kebawah
13. Batofobia :
takut pada kedalaman
14. Bliblifobia :
takut pada buku-buku
15. Bromhidrosifobia :
takut pada bau tubuh
16. Brontofobia :
takut pada guruh
17. Katagelofobia :
takut diolok-olok
18. Kerefobia :
takut pada kemewahan
19. Kionofobia :
takut pada salju
20. Klaustrofobia :
takut tempat tertutup
21. Koprofobia :
takut pada kotoran
22. Kristalofobia :
takut pada benda yang terbuat dari gelas
23. Demonofobia :
takut pada setan atau hantu
24. Dekstrofobia :
takut pada sebelah kanan badan
25. Diabetofobia :
takut pada penyakit diabetes
26. Erkutofobia :
takut mendapat malu
27. Eremofobia :
takut pada kesunyian
28. Febrifobia :
takut pada panas
29. Gamofobia :
takut pada pernikahan
30. Grapofobia :
takut pada tulisan
31. Ginaefobia :
takut pada wanita
32. Hadefobia :
takut pada neraka
33. Hemartfobia :
takut pada dosa-dosa
34. Heliofobia :
takut pada sinar matahari
35. Hematofobia :
takut melihat darah
36. Hodofobia :
takut untuk berpergian
37. Hidrofobia :
takut pada air
38. Higrofobia :
takut pada cairan
39. Hiliofobia :
takut sinar matahari
40. Hilofobia :
takut pada bulan
41. Iktiofobia :
takut pada ikan
42. Iofobia :
takut pada racun
43. Kakorhapiiofobia :
takut kalau gagal
44. Katisofobia :
takut untuk duduk
45. Maieusiofobia :
takut melihat kelahiran bayi
46. Metalofobia :
takut pada benda logam
47. Mitofobia :
takut berkata bohong
48. Odontofobia :
takut pada gigi binatang
49. Onemofobia :
takut berfikir
50. Pantofobia :
takut pada segala sesuatu
51. Pedofobia :
takut pada bayi dan anak-anak
52. Parmakofobia :
takut pada obat-obatan
53. Pengofobia :
takut pada siang hari
54. Pobofobia :
takut pada diri sendiri
55. Potofobia :
takut pada cahaya sinar
56. Pirofobia :
takut pada api
57. Radofobia :
takut dipukul
58. Tapofobia :
takut takut dikubur hidup-hidup
59. Trikofobia :
takut pada rambut
60. Zoofobia :
tkut pada binatang
Anxiety States
Anxiety states berbeda dari gangguan-gangguan fobia
karena respons emosional dalam anxiety states menyebar dan tidak ada kaitannya
dengan salah satu situasi atau stimulus tertentu. Dalam gangguan-gangguan ini,
kecemasan dikatakan “ free floating”
(mengambang).
Anxiety
states dibedakan atas empat macam yakni:
1.
Gangguan
panik
Gangguan panik adalah kecemasan yang sangat kuat dan
berlangsung dalam waktu yang singkat. Kecemasan ini timbul dan segera hilang
dan biasanya berlangsung hanya dalam beberapa menit, an terjadinya tidak
diprediksikan
2.
Gangguan
Kecemasan Menyeluruh
Gangguan kecemasan menyeluruh adalah kecemasan umum, yang
berlangsung salam jangka waktu sekurang-kurangnya selama satu bulan dan tidak
ada hubungannya dengan suatu objek atau situasi tertentu.
3.
Gangguan
Stres Posttraumatik
Simtom utama dari gangguan ini adalah mengalami lagi
suatu peristiwa traumatis. Peristiwa traumatis yang mempercepat gangguann ini
adalah sesuatu yang luar biasa, misalnya bencana alam atau bencana yang terjadi
dengan sengaja.
4.
Gangguan
Obsesif-Kompulsif
Istilah psikastenia adalah istilah yang digunakan oleh
janet pada abad XIX untuk menyebut gangguan yang belakangan ini dinamakan
sebagai gangguan obesif-kompulsif. Psikastenia adalah kondisi psikoneurotik
yang memperlihatkan aneka ragam simtom mental dan emosional yang tidak dapat
dikontrol oleh penderita.
Kompulsi adalah impuls yang tidak tertahankan atau tidak
bisa dicegah untuk melakukan suatu perbuatan dengan cara yang sama. Impuls
kompulsi ini tidak bisa dikontrol serta bertentangan dengan kemauan sadar
individu pada waktu melakukannya.
Beberapa contoh kompulsi yaitu (1) Arithomania-impuls yang tidak dapat dicegah untuk menghitung
segala sesuatu (2) Dipsomania-impuls
yang tidak dapat dicegah untuk terus-menerus minum-minuman keras (3) Puromania-impuls yang tidak dapat
dicegah untuk membakar (4) Perbuatan
ritualistik-impuls yang tidak dapat dicegah (5)
Kleptomania- impuls yang tidak dapat dicegah untuk mencuri (6) Waderlust- impuls yang tidak dapat dicegah untuk selalu
berpergian (7) Megalomia -
impuls yang tidak dapat dicegah untuk menjadi termansyur (8) Mania Homosidal- impuls yang tidak dapat dicegah untuk membunuh
(9) Mania Suisidal- impuls yang tidak
dapat dicegah untuk bunuh diri.
Penyebab
Diatas sudah diterangkan simtom-simtom dan hal-hal yang
ada hubugannya dengan gangguan-gangguan kecemasan. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa pendekatan yakni:
a.
Pendekatan
Psikodinamik
Dari segi pandangan psikodinamik, kecemasan dilihat
sebagai akibat konflik intrapsikis. Para ahli psikodinamik yang berbeda
memusatkan perhatian pada konflik-konflik yang berbeda-beda, tetapi pandangan
Freud memiliki pengaruh yang sangat kuat.
Pandangan
Psikoanalitik Freud menyebut tiga macam kecemasan dengan sumber penyebab
yang berbeda-beda. Pertama, dia
mengemukakan bahwa kecemasan dapat disebabkan oleh ancaman-ancaman dari dunia
eksternal, seperti penyakit, maslah keuangan, dan kegagalan, seta dia menyebut
kecemasan ini sebagai kecemasan obyektif.
Kedua,
Freud juga mengemukakan bahwa
kecemasan dapat disebabkan oleh konflik internak terhadap ungkapan
impuls-impuls “id”. Menurut Freud, konflik dan kecemasan terjadi apabila “id”
mencari pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhannya, tetapi dihalangi oleh “ego’
dan “super ego”.
Ketiga, Freud mengemukakan
bahwa kecemasan dapat juga disebabkan karena ‘super ego” tidak efektif dalam
mengekang “ego” dan akan terjadi tingkah laku yang tidak dapat diterima.
Faktor yang
juga mempengaruhi tingkat-tingkat kecemasan adalah efektivitas dari
mekanisme-mekanisme pertahanan individu. Mekanisme-mekanisme pertahanan
membantu individu mengindari konflik dan dengan demikia dapat menghindari
kecemasan.
Analogi panci.
Hubungan antara konflik dan kecemasan dapat dijelaska dengan analogi panci (boiler analogi). Dalam analogi ini
kepribadian adalah panci, konflik adalah panas dibawah panci yang menyebabkan
tekanan di dalam panci meningkat dan kecemasan adalah tekanan didalam panci.
Apabila tingkat panas rendah, maka tekanan dalam panci juga akan rendah dan
tidak akan mungkin timbul masalah-masalah.sebaliknya, apabila panas sangat
tinggi, maka tekanan didalam panci akan sangat tinggi dan sejumlah hal akan
terjadi. Salah satu kemungkinan adalah katub dibuka dan tekanan dilepaskan
kedalam sistem lain. Pada manusia mungkin dialirkan melalui proses pemindahan (displacement). Misalnya, trgangan
karena konflik seksual dapat dilepaskan kedalam kegiatan kreatif. Apabila salah
satu bagian dari panci itu lemah maka akan terjadi distorsi. Pada manusia,
distorsi yang dilokalisasi itu adalah fobia.
Pendekatan
Belajar
Pendekatan belajar terhadap gangguan-gangguan kecemasan
didasarkan pada pengondisian klasik dan pengomdisian operan
Perkembangan Kecemasan : Peran dari
Pengondisian Klasik. Menurut para ahli teori belajar, kecemasan itu dilihat
sebagai respon ketakutan yang terkondisikan secara klasik. Respons yang
terkondisi secra klasik idak bisa dikendalikan. Oleh karena itu, orang tidak
dapat menghentikan suatu respons ketakutan bila berhadapan dengan stimulus yag
terkondisi, meskiun respons ketakutan itu secara objektif tidak dapat
dibenarkan.
Mempelajari reaksi-reaksi fobia dengan
mengamati suatu model atau orang-orang lain biasanya disebut vicarious conditioning. Akan tetapi
dengan pengondisian klasik, percobaan belajar dengan mengamati apa yang
dilakukan oleh orang lain tidak bisa menjadi model yang lengkap untuk semua
fobia. Pertama, para penderita fobia
jarang sekali melaporkan bahwa mereka takut setelah mereka mengamati kesulitan
orang lain. Kedua, banyak orang
mengamati pengalaman-pengalaman buruk orang lain, tetapi mereka sendiri tidak
mengembangkan fobia.
Reaksi-reaksi
fobia mungkin juga dipelajari berdasarkan akibat-akibat positive yang
ditimbulkannya. Respons-respons penghindaran mungkin langsung dihadiahi dan
dengan demikian , dipelajari.
Perkembangan Simtom-Simtom yang Berhubungan
dengan Kecemasan: Peran dari Pengondisian Operan. Banyak gangguan kecemasan
juga melibatkan bermacam-macam simtom lain, seperti tingkah laku-tingkah laku
menghindar. Para ahli teori belajar menjelaskan simtom-simtom lain ini dengan
proses pengondisian operan. Pengodisian operan berjalan seperti berikut :
kecemasan adalah situasi yang tidak menyenangkan; karena itu, individu berusaha
sedapat mungkin untuk menghindari atau menguranginya. Apabila individu
melakukan sesuatu yang efektif untuk mengurangi kecemasannya maka dia akan
merasa lebih baik.
Dengan penjelasan tersebut diatas,
kita dapat mengemukakan bahwa obsesi dan kompulsi adalah tingkah laku yang
dipelajari dan diperkuat oleh akibat-akibatnya. Slah satu akibatnya adalah
ketakutan yang berkurang.
Pendekatan
Kognitif
Dalil
dari dasar pendekatan kognitif untuk kecemasan abnormal adalah bahwa kita
memiliki kemapanan kognitif (cogniif
sets) yang menyebabkan kita menafsirkan situasi-situasi yang mengancam dan
dengan demikian kita memberikan respons dengan kecemasan bila situasi itu tidak
tepat.
Kemapanan Kognitif Memperbesar Ancaman.
Para ahli teori kognitif mengemukakan bahwa bila berhadapan dengan situasi yang
baru, orang-orang yang cenderung mengalami kecemasan dengan sendirinya akan
memikirkan hal-hal seperti “aku akan bertindak bodoh”; “ Aku tidak akan
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan suatu pekerjaan yang baik” dan “Aku
akan sakit” (Beck & Emery, 1985). Pikiran-pikiran tersebut menyebabkan
orang-orang memperbesar ancaman dalam situasi uyang dihadapi dengan akibatnya
mereka merasa cemas.
Pendekatan
Fisiologis
Gangguan-gangguan
kecemasan telah dianggap sebagai gangguan-gangguan psikologis yang disebabkan
oleh konflik-konflik, pengondisian yang tidak tepat, atau kognisi-kognisi yang
salah.
Inhibisi Neural yang Tidak Mencukupi.
Dalil dari dasar pendekatan fisiologi untuk kecemasan umum adalah kegiatan
neurologis yang berlebihan pada daerah otak yang menyebabkan rangsangan
emosional itu dialami sebagai kecemasan. Kegiatan neurologis yang berlebihan
itu dianggap sebagai akibat dari neuron-neuron inhibitor (penghambatan) yang
biasanya mengurangi kegiatan neurologis, tidak berfungsi secara adekuat.
Neuron-neuron
inhibitorberfungsi untuk mengurangi pembakaran neuron-neuron lain. Terutama
pada sinapsis neuron A, B, mungkin ada neuron inhibitori C dan apabila neuron
inhibitori itu terbakar, maka ia melepaskan bahan kimia yang menghambat
transmisi sinaptik antara neuron A dan B. Berkurangnya fungsi neuron inhibitor
disebabkan oleh merendahnya tingkat neuro-transmitor yang dikenal dengan GABA ( gamma-amino-buttyric acid). Karena pengaruh
obat-obatan tersebut dapat mengurangi kecemasan maka biasanya disebut obat-obat
penenang. Dan juga karena benzodiazepin meningkatkan GABA dan mengurangi
kecemasan, maka bahwa tingkat GABA yang rendah mengakitbatkan kecemasan.
Tingkat Sodium Laktase yang Tinggi dan
Serangan-Serangan Panik. Berkurangnya neuron-neuron inhibitor dipakai
penyebab kecemasan yang meningkat secara kronis seperti yang kelihatan dalam anxiety states.
Bermacam-macam
penelitian membuktikan bahwa serangan-serangan panik yang disebabkan oleh
suntika secara psikologis dan psfisiologis adalah sama dengan serangan-serangan
panik yang terjadi secara spontan.
Perawatan
Dalam
bagian ini akan dikemukanan teknik-teknik yang digunakan untuk merawat
gangguan-gangguan kecemasan. Cara bagaimana gangguan-gangguan ini dirawat
biasanya tergantung pada penyebab dari gangguan itu. Apabila gangguan ini
disebabkan oleh konflik, maka perawatan dipusatkan pada pemecahan konflik,
tetapi bila gangguan itu disebabkan oleh tidakseimbangan fisiologis, maka
perawatan dirancang untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu. Maka perawatan
akan dilakukan dengan :
a)
Pendekatan
Psikodinamik
b)
Pendekatan
Belajar
c)
Pendekatan
Kognitif
d)
Pendekatan
Fisiologis
GANGGUAN-GANGGUAN SOMATOFORM
Gangguan-gangguan somatoform adalah ganggua-gangguan
neuotik yang khas bercirikan emosionaliitas yang ekstrem dan berubah menjadi
simtom-simtom fisik. Simom-simtom fisik itu mungkin berupa kelumpuhan
anggota-anggota tubuh, rasa nyeri dan sakit yang luar biasa, buta, tuli, tidak
bisa bicara, muntah terus-menerus, kepala atau tangan yang gemetar. Penderita
yang mengalami gangguan somatik itu mungkin mengalami anestesia dimana ia tidak
peka terhadap rasa sakit dan tidak merasakan tusukan jarum atau luka bakar.
Gangguan ini memiliki sejarah yang panjang dan
gangguan-gangguan ini biasanya dihubungkan dengan wanita. Pada awal 1500 SM
dalam buku karanagn Hippokrates dikatakan gangguan-gangguan somatoform itu
adalah penyakit fisik yang terbatas pada wanita.
Selama abad pertengahan,orang yang menderita somatoform
diduga karena kerasukan setan. Pada akhir abad ke 19 diadakan pendekatan
terhadap gangguan-gangguan somatoform oleh Charcot seorang dokter Prancis dan
kemudian oleh Janet dan Freud.
Ada 5 macam gangguan somatoform yakni:
1. Somatisasi
Pada
tahun1859, Pierre seorang dokter Prancismengatakan individu-individu yang
banyak mengalami keluhan somatik, berulang-ulang dan berlangsung lama, yang
jelas bukan karena suatu penyebab fisik yang aktual. Individu-individu dengan
gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan mereka adalah faktor
psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan medis. Keluhan-keluhan pada
umumnya berskisar sekitar sakit kepala, keletihan, alergi, sakit perut, sakit
punggung, sakit dada, simtom-simtom genitouriner, dan jantung berdebar-debar.
Orang-orag yang menderita gangguan tersebut mengeluh bahwa mereka menderita
sakit sepanjang hidupnya. Gangguan ini lebih banyak terjadi pada wanita
ketimbang pria.
2. Hipokondriasis
Hipokondriasis
mirip dengan somatis dalam pengertian bahwa individu yang menderita kedua
gangguan tersebut selalu memperhatikan simtom-simtom fisik. Perbedaannya adalah
individu yang menderita somatisasi mengeluh bermacam-macam penyakit sedangkan
individu yang mengalami hipokondiasis selalu mengeluh terhadap satu atau dua
simtom saja.
Hipokondriasis
ialah kondisi kecemasan yang kronis dimana penderita selalu merasa ketakutan
yang patologik terhadap kesehatannya sendiri. Orang yang mengalami gangguan
hipokondriasis sering mengalami konflik-konflik intra-psikis yang berlangsung
lama, kronis, oarah dan tidak terselesaikan. Ganggua ini khas pada usia
setengah tua.
3. Konversi
Dalam
kasus gangguan konversi, individu menderita satu atau lebih simtom fisik yang
berat dan sangat melumpuhkan, tetapi dasr organik dari gangguan ini tidak
ditemukan. Simtom-simtom konversi biasanya terjadi pada sistem otot kerangka
tau sistem-sistem panca indra. Simtom konversi yang disebutkan adalah
kelumpuhan, serangan mendadak, kebuatan, ketulian, masalah-masalah
pengelihatan, anestesia, parestesia.
4. Perasaan
sakit Idiopatik
Gangguan
perasaan sakit idiopatik adalah keluhan terhadao rasa sakit,s edagkan penyebab
organiknya tidak ada dan dengan demikiam perasan sakit itu dilihat memiliki
dasar psikologis.
5. Gangguan
Dismorfik
Yang
dimaksudkan dengan gangguan dismorfik adalah terlalu memperhatikan cacat yang
dibayangkan seseorag pada penampilan fisiknya.
Gambaran Pribadi Orang yang Mengalami
Gangguan-Gangguan Somatoform
Kepribadian penderita yang mengalami
gangguan-gangguan somatoform dapat diutarakan sebagai berikut.
1.
Umumnya para
penderita sangat egoistic atau suka mementingkan dirinya sendiri (selfish) meskipun
tidak berarti introvert.
2.
Sangat mudah
terpengaruh (suggestible), ia sangat sensitive terhadap pendapat orang lain.
3.
Ia memiliki
kebutuhan akan status sosial. Tidak mengherankan kalau penderita dengan
gangguan-gangguan somatoform sangat peka terhadap kritik.
4.
Emosi-emosinya
sangat kuat dan juga memiliki rasa suka
dan tidak suka yang kuat, dan penilaiannya sangat dipengaruhi oleh orang rasa
suka dan tidak suka tersebut.
5.
Ada
kecenderungan yang sangat kuat untuk melarikan diri dari situasi-situasi yang dianggapnya
tidak menyenangkan.
6.
Simtom-simtom
fisiknya dibuat-buat atau dengan sengaja dilebih-lebihkan supaya bisa
memperpanjang waktu untuk melarikan diri dengan cara menjadi sakit, dengan
tujuan untuk menghindari tugas-tugas tertentu atau menghindari situasi yang
tidak disenanginya.
7.
Karena pada
dasarnya individu yang menderita gangguan-gangguan somatoform adalah
ekstrovert, maka ia suka kepada orang lain dan ingin mengungkapkan dirinya
dengan bebas.
Simtom
Dari uraian tentang gangguan-gangguan somatoform,
beberapa simtom-simtomnya yang umum diketahui sebagai berikut:
(1)
Rasa sakit pada
kulit seluruhnya atau sebagiannya hilang (anesthesia atau hipastesia)
(2)
Rasa sakit pada
kulit sangat berlebihan walaupun badannnya hanya disinggung saja
(3)
Perasaan yang sangat
aneh, merasa kesemutan yang kronis atau akut (parastesia)
(4)
Orang menjadi
tuli atau buta walaupun organ pendengarannya serta saraf pendengarannya dan
organ penglihatannya masih baik atau tidak cacat
(5)
Orang merasa
lumpuh dan kaku pada sebelah tangan atau kakinya
Khusus mengenai gangguan hipokondriasis, simtomnya
ialah penderita mengungkapkan kecurigaannya bahwa ia menderita segala macam
penyakit, dan memberikan penjelasan yang aneh tentang proses-proses
jasmaniahnya, serta mengeluh tentang rasa sakit dan nyeri secara spesifik dan
tidak spesifik. Harus hati-hati membedakaan reaksi ini dengan reaksi-reaksi
astenik dan depresi karena simtomnya sangat mirip.
Penyebab
Dikemukakan tiga pendekatan, yakni pendekatan
psikodinamik, pendekatan belajar, dan pendekatan fisiologis.
Pendekatan
Psikodinamik. Pandangan psikodinamik
tentang gangguan-gangguan somatoform mengemukakan bahwa energy emosional yang
terpendam dapat mengacaukan fungsi normal dan mungkin berubah menjadi
simtom-simtom fisik. Penjelasan ini awalnya dirumuskan oleh Joseph Breuer dan
Sigmund Freud dalam pembicaraan mereka tentang kasus Anna O., yang menderita
bermacam-macam simtom somatoform.
Pendekatan
belajar. Teori belajar
mengemukakan bahwa simtom-simtom merupakan respons-respons operan (peran-peran)
yang dikembangkan dan dipertahankan karena simtom-simtom itu memungkinkan
individu untuk memperoleh hadiah atau mereduksikan stress. Hadiah-hadiah itu
akan diperoleh melalui tiga cara.
·
Pertama, simtom-simtom
itu mungkin menyanggupi individu untuk mengihindari situasi yang tidak
menyenangkan atau mengancam. Misalnya, gangguan konversi berupa lengan lumpuh
mungkin berkat kelumpuhan itu seorang mahasiswa bergembira karena tidak
mengikuti ujian yang belum dipersiapkannya.
·
Kedua,
simtom-simtom somatoform dapat menjadi alasan atau pembenaran terhadap
kegagalan dan dengan demikian membebaskan individu dari tanggung jawab pribadi
terhadap kegagalan tsb. Misalya, seorang mahasiswa yang mengenakan tutup mata
karena sakit mata mungkin sama sekali tidak bisa disalahkan karena nilai-nilai
ujiannya jelek.
·
Ketiga,
simtom-simtom somatoform dapat menarik simpati dan perhatian terhadap individu,
di mana simpati dan perhatian tsb dapat sangat menguntungkan.
Pendekatan
Fisiologis. Umumnya diasumsikan
bahwa orang-orang yang menderita somatisasi, hipokondriasis, atau perasaan
sakit idiopatik mengeluh tentang simtom-simtom yang sesungguhnya tidak ada dan
keluhan-keluhan mereka adalah hasil dari gangguan-gangguan itu. Akan tetapi,
ada kemungkinan bahwa orang-oran ini sebenarnya lebih peka terhadap
sensasi-sensasi tubuh atau lebih mudah terangsang secara fisiologis yang akan
menimbulkan sensasi tubuh yang lebih banyak.
Perlu diketahui juga bahwa kecemasan mengakibatkan
rangsangan somatic meningkat. Adanya kecemasan dapt menyebabkan suatu kondisi
somatic di mana seorang individu dapat membentuk sejumlah keluhan somatic.
Dengan kata lain, (1) individu menjadi cemas, (2) kecemasan menyebabkan
meningkatnya kepekaan atau rangsangan somatic, dan (3) sensasi-sensasi dari
kepekaan atau rangsangan somatic itu diinterpretasikan sebagai simtom-simton
dari suatu gangguan.
Perawatan
Terapi keluarga (family
therapy) dapat di gunakan untuk membantu individu dan para anggota keluarga
mengubah jaringan hubungan-hubungan sehingga individu tsb bergerak kearah
otonomi yang lebih besar. Latihan assertif (assertive
training) dan latihan keterampilan-keterampilan sosial (social-skills training) melatih individu
dengan cara-cara yang efektif untuk mendekati dan berbicara kepada orang-orang,
membuka mata, memberi pujian, menerima kritik, dan mengajukan permohonan —
dapat berguna dalam membantu individu untuk mempelajari cara-cara berhubungan
dengan orang lain dan menemui kebutuhan-kebutuhannya.
GANGGUAN-GANGGUAN
DISOSIATIF
Gangguan-gangguan disosiatif adalah
gangguan-gangguan atau perubahan-perubahan dalam fungsi integrative yang normal
dari identitas, ingatan, atau kesadaran. Misalnya, individu dengan gangguan
disosiatif mengalami simtom-simtom seperti amnesia, kepribadian ganda (multiple
personality) atau bahkan kehulangan identitas kepribadiannya. Ada lima
macam gangguan disosiatif, yaitu:
1.
Amnesia,
ketidakmampuan yang terjadi secara tiba tiba untuk mengingat informasi pribadi
yang penting. Ketidakmampuan mengingat itu tidak bisa dijelaskan dengan kelupaan
yang sifatnya biasa.
2.
Fugue,
tiba-tiba meninggalkan rumah atau tempat kerja san tidak mampu mengingat masa
lampaunya. Selama terjadi fugue suatu identitas barunya dikembangkan.
3.
Kepribadian ganda,
di dalam individu terdapat dua atau lebih kepribadian. Bermacam-macam
kepribadian mengendalikan secara sempurna pada waktu yang berbeda.
4.
Depersonalisasi,
mengalami diri sendiri sebagai yang terpisah dan mengamati diri dari posisi
pengamat dari luar atau seolah-olah berada dalam suatu mimpi.
5.
Kesurupan atau trance, suatu keadaan kesadaran yang berubah (trance) di
mana kesadaran berkurang atau secara selektif terfokus pada stimulus tertentu.
Simtom
Khusus dalam amnesia dan fugue, simtomnya dapat
diutarakan seperti: lupa akan nama, tempat tinggal sendiri, tidak mampu
mengingat kembali orang tua, sanak keluarga dan teman-temannya sendiri.
Dinamika dari kepribadian ganda sama dengan dinamika amnesia dan fugue, yakni
melarikan diri dari stress yang tidak tertahankan. Stress yang tidak
tertahankan mungkin muncul dalam dirinya sendiri, seperti keinginan-keinginan
yang ditolak oleh superego, mungkin juga
dari luar, yakni dari situasi-situasi kehidupan yang tidak diterima.
Penyebab
Gangguan-gangguan tersebut dalam pandangan
psikoanalitik disebabkan oleh represi yang hebat dan bahan yang ditekan itu
biasanya dihubungkan dengan hasrat-hasrat seksual pada masa kanak-kanak (tahap
Oedipus) ang tidak dapat diterima.
Perawatan
Beberapa dokter menggunakan sodium amital untuk
menimbulkan keadaan hipnotik. Dengan menggunakan obat ini, ingatan-ingatan
menyakitkan yang ditekan akan dimunculkan dan kebutuhan akan gangguan disosiasi
akan hilang.
GANGGUAN-GANGGUAN
UNIPOLAR
Depresi termasuk salah satu di Antara
gangguan-gangguan suasana hati (mood).
Gangguan suasana hati adalah gangguan yang bergerak dari depresi yang dalam
sampai ke mania yang ganas. Gangguan-gangguan suasana hati dibagai dalam dua
kelompok besar, yakni gangguan depresif atau gangguan unipolar (unipolar disorders) di amana depresi
menjadi simtom utama. Gangguan-gangguan unipolar dibagi lagi menjadi episode
depresif tunggal (single depressive
episodes) dan episode-episode depresif yang berulang-ulang (recurrent depressive episodes). Gangguan
bipolar dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
·
Tipe manik
·
Tipe depresif
·
Tipe campuran
Gangguan unipolar adalah gangguan yang disebabkan
oleh mekanisme pertahanan diri (defense
mechanism) dan pelarian diri yang keliru dan kemudian muncul banyak konflik
intrapsikis yang keliru.
Hal-hal yang Berkaitan dengan Depresi
Ada bermacam-macam hal yang menyangkut depresi yang
perlu dikemukakan sedikit dalam uraian ini, yakni depresi normal dan depreso
abnormal, depresi eksogen dan depresi endogen, depresi primer dan depresi
sekunder, depresi involusional dan depresi postpartum.
Simtom-Simtom Depresi
Ada dua pola simtom yang sangat berbeda, yakni
depresi yang ditandai oleh kelambanan (retarted
depression) dan depresi yang ditandai oleh ketidaktenangan (agigated depression).
Simtom-Simtom
Suasana Hati
Simtom-simtom utama gangguan depresif berputar
disekitar masalah-masalah suasana hati.
Individu merasa tertekan, murung, sedih, putus asa, kehilangan semangat, dan
muram. Orang yang mengalami depresi kadang-kadang mengambarkan diri mereka
seperti berada dalam suatu lubang gelap yang dalam diaman mereka tidak dapat
dijangkau dan mereka juga tidak dapat keluar dari sana.
Simtom-Simtom
Kognitif
Enam simtom atau proses kognitif yang memainkan
peran yang sangat penting dalam depresi, Antara lain:
·
Pertama,
individu yang mengalami depresi memiliki harga diri yang sangat rendah.
·
Kedua,
individu mengalami pesimisme.
·
Ketiga,
orang-orang mengakami depresi memiliki motivasi yang kurang.
·
Keempat,
depresi, harga diri yang rendah, pesimisme, dan kurangnya motivasi akan menyebar
dan mencakup lebih banyak daripada penyebab asli depresi.
·
Kelima,
dalam beberapa kasus ada alasan untuk mengalami depresi (kegagalan dalam ujian
dapat menjadi hebat dan mengandung pengaruh negative dalam jangka panjang)
orang orang yang mengalami depresi cenderung membesar-besarkan atau
melebih-lebihkan kehebatan masalah tersebut dan terus menjadi pesimistik.
·
Keenam,
simtom kognitif yang sangat penting dalam depresi adalah proses-proses pikiran
berjalan lambat.
Simtom-Simtom
Motor
Simtom-aimtom motor yang sangat dominan dan penting
dalam depresi adalah retardasi motor, yakni tingkah laku motor berkurang atau
lambat. Apabila individu bergerak, mereka akan melakukannya dengan sangat
lamban seolah-olah mereka sedang memikul beban yang sangat berat.
Simtom-Simtom
Somatik
Orang-orang yang mengakami deprei mudah menderita
berbagai macam masalah somatic. Simtom-simtom yang terjadi Antara lain pola
tidur terganggu, kehilangan selera makan, dan dorongan seksual berkurang.
Simtom tersebut dapat disebabkan oleh tiga faktor.
·
Pertama,
gangguan somatic ini dapat muncul karena individu mengalami kesedihan
psikologis, dan kesedihan memiliki pengaruh yang mengacaukan.
·
Kedua, depresi
ada kaitannya dengan berbagai macam perubahan biokimiawi dalam otak dan
perubahan tsb mempengaruhi hipotalamus yang pada gilirannya akan mempengaruhi
tidur, selera makan, dan seks.
·
Ketiga, beberapa
simtom somatic seperti keletihan dan gangguan pencernaan mungkin tidak
disebabkan oleh depresi melainkan hanya merupakan simtom sekunder yang terjadi
karena individu tidak melakuan aktivitas yang normal.
Penyebab
Ada lima pendekatan yang dipakai untuk menjelaskan
perkembangan depresi, yakni: pendekatan psikodinamik, pendekatan belajar,
pendekatan kognitif, pendekatan eksistensial-humanistik, dan pendekatan
fisiologis.
Pendekatan
Psikodinamik
Freud dan kawan-kawannya mengemukakan bahwa depresi
terjadi sebagai reaksi terhadap kehilangan. Freud menyamakan depresi dengan
perkabungan (perasaaan sedih dan duka cita yang terjadi bila orang yang dicintai
meninggal).
Pendekatan
Belajar
Individu yang mengalami depresi adalah
individu-individu yang menerima hadiah yang agak kurang atau hukuman lebih
banyak dibandingkan dengan individu-individu yang tidak mengalami depresi.
Pendekatan
Kognitif
Ada dua teori kognitif tentang depresi, yakni teori
yang pertama mengemukakan bahwa kemapanan-kemapanan kognitif yang negative (negative cognitive sets) menyebabkan
individu-individu akan melihat segala sesuatu secara negative dan akan
menyebabkan depresi. Teori kedua mengemukakan bahwa ketidakberdayaan yang
dipelajari dalam mengontrol aspek-aspek negative kehidupan menyebabkan depresi.
Pendekatan
Humanistik-Eksistensial
Para pelopor teori humanisti-eksistensial
berpendapat bahwa kecemanasa terjadi karena adanya ketidakcocokan Antara real-self dan ideal-self (diri yang real vs diri yang ideal). Depresi terjadi
bila individu menyadari bahwa jurang Antara real-self
dan ideal-self tidak dapat dijangkau,
karena itu ia menyerah dalam kesedihan, individu pada hakikatnya tidak berusaha
mencapai aktualisasi diri dan hal ini menyebabkan depresi.
Pendekatan
Fisiologis
Teori fisiologis mengemukakan bahwa deresi itu di
sebabkan oleh aktivitas neurologis yang rendah pada daerah-daerah otak yang
berfungsi untuk mengatur kesenangan.
Perawatan
Cara-cara untuk merawat depresi sangat berbeda-beda
Antara pendekatan yang satu dengan pendekatan lainnya dan perbedaan-perbedaan
tsb disebabkan karena asumsi yang dikemukakan oleh pendekatan-pendekatan itu
mengenai depresi juga berbeda-beda. Masing-masing pendekatan akan mengemukakan
secara singkat bagaimana perawatan dirancang untuk mengatasinya, sebagai
berikut.
Pendekatan Psikodinamik
Para terapis yang menganut pendekatan psikodinamik
membantu individu-individu untuk: (1) mengindentifikasikan
kehilangan-kehilangan dan stress yang menyebabkan depresi; (2) Mengatasi atau
mengurangi kehilangan-kehilangan atau stress-stress itu; dan (3) Mengembangkan
cara-cara yang lebih baik untuk mengadakan respons terhadap
kehilangan-kehilangan atau stress-stress tersebut bila kemudian suatu saat
dihadapi lagi sehingga depresi dapat dihindari.
Pendekatan
Belajar
Para terapis yang menggunakan pendekatan belajar
mengajar penderita bagaimana meningkatkan hadiah-hadiah dalam kehidupannya, dan
untuk itu ditempuh tiga langkah untuk mengubah hadiah-hadiah dan
hukuman-hukuman.
·
Langkah pertama, yaitu mengidentifikasi
aspek-aspek lingkungan (orang-orang, aktivitas, situasi) yang merupakan sumber
dari hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman untuk penderita.
·
Langkah kedua, sesudah pengalaman-pengalaman
yang sangat penting yang memberikan hadiah dan memberikan hukuman
teridentifikasi, penderita diajar mengenai keterampilan atau strategi baru
untuk mengatasi, mengindari, atau mengurangi pengalaman yang menghukum.
·
Langkah ketiga, usaha terapis harus dipusatkan
pada peningkatan hadiah-hadiah dalam kehidupan individu. ini dicapai dengan
suatu program penguatan diri (self-reinforcement)
Pendekatan
Kognitif
Dari segi pandang kognitif bekerja dengan penderita
untuk mengubah segi pandangan dan pola-pola pikiran penderita mengenai
kemungkinan keberhasilan pada masa kini dan pada masa yang akan datang. Tahap pertama adalah mengindentifikasi kan
kognisi-kognisi negative yang mempengaruhi suasana hati dan tingkah laku
penderita. Langkah kedua adalah
terapis menguji penderita untuk menentukan apakah hipotesis-hipotesisnya itu
benar. Langkah ketiga adalah
menggantikan pikiran-pikiran negative yang tidak tepat dengan pikiran-pikiran
yang lebih tepat.
Pendekatan
Humanistik-Eksistensial
Tugas utama terapis adalah membantu penderita agar
ia menyadari keberadaannya di dunia ini, dan tujuan terapi adalah membantu
pendeirta supaya ia memperoleh atau menemukan kemanusiaannya yang hilang.
Terapis eksistensial-humanistik membantu memperluas kesadaran diri penderita,
dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannyam yakni menjadi bebasa dan
bertanggung jawab terhadap arah hidupnya sendiri.
Pendekatan
Fisiologis
Pada pendekatan fisiologis akan menggunakan dua
macam perawatan, yakni perawatan biokimia, yang akan menggunakan obat-obatan
dan perwatan konfulsif yang menggunakan kejutan listrik (electrical shock). Penyebab-penyebab fisiologis terhadap depresi
dikemukakan bahwa depresi itu disebabkan karena kadar neurotransmitter
(norepinefrin dan serotonin) pada daerah-daerah otak yang berfungsi untuk
mengatur emosi berkurang.
BUNUH DIRI
Bunuh diri adalah salah satu penyebab kematian, dan
karena bunuh diri sering terjadi maka penting apabila topic ini diuraikan.
Bunuh diri termasuk dalam gangguan suasana hati (unipolar dan bipolar) dan
orang yang bunuh diri adalah orang yang mengalami gangguan unipolar atau
bipolar.
Hal-Hal yang Berhubungan dengan Bunuh Diri
Orang-orang yang mengalami depresi yang berat sering
melakukan bunuh diri karena mereka merasa putus asa dan tidak berdaya. Depresi
tersebut mudah di identifikasikan dengan simtom-simtom klasik, seperti
kehilangan selera makan, kehilangan berat badan, insomnia, sembelit, kehilangan
semangat dan lain sebagainya.
Perbedaan Gender
dan Usia
Dibandingkan pria, wanita memliki kemungkinan yang
lebih besar untuk berusaha bunuh diri tiga kali lebihbanyak, tetapi pria
memiliki kemungkinan berhasil bunuh diri lebih besar tiga kali lebih banyak
daripada wanita. Angka bunuh diri lebih tinggi pada usia remaja, dan pada usia
lanjut. Sesudah remaja, angka bunuh diri berkurang dan kemudian secara perlahan
menanjak lagi serta mencapai angka yang tinggi pada orang yang sudah tua.
Bunuh Diri,
Bunuh Diri yang Tersembunyi, dan Gerak Isyarat Bunuh Diri
Bunuh diri yang dilakukan secara tersem-bunyi (covert suicide) yang terjadi bila orang
tidak menghendaki orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh orang itu
(misalnya karena malu). Kebalikan dari bunuh diri yang tersembunyi adalah geak
isyarat bunuh diri (suicide gestures),
di mana individu yang melakukan usaha bunuh diri sangat jelasa ditunjukkan
tetapi sesungguhnya mereka sama sekali tidak menghendaki bunuh diri.
Orang-orang itu merasa putus asa, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara untuk
meminta bantuanm merasa sangat malu untuk meminta bantuan secara langsung, atau
meminta bantuan tetapi diabaikan karena orang tidak mengetahui kekalutan yang
dialami. Gerak isyarat bunuh diri
merupakan cara untuk mendramatisasi kegentingan masalah yang di alami dan
secara tidak langsung meminta bantuan dan gerak isyarat bunuh diri cenderung
bersifat lebih impulsive dan kurang berbahaya (mematikan) dibandingkan dengann
percobaaan bunuh diri yang sebenarnya.
Peringatan Bunuh
Diri yang Akan Terjadi dan Nada-Nada Bunuh Diri
Keputusan bunuh diri biasanya tidak diambil secara
mendadak, dan sering kali individu yang memikirkan bunuh diri akan memberikan
suatu peringatan. Wawancara dengan kawan-kawan dan sanak saudara dari
orang-orang yang melakukan bunuh diri menunjukkan bahwa Antara 60% dan 70% dari
korban telah berbicara secara terus terang bahwa mereka ingin bunuh diri (ancaman-anacaman
langsung) dan 20% sampai 25% telah berbicara mengenai topic bunuh diri.
PREDIKTOR-PREDIKTOR RISIKO BUNUH DIRI
Variabel
|
Kategori Risiko Tinggi
|
Usia
|
Lebih tua
|
Jabatan
|
Status lebih
tinggi
|
Sumber
finansial
|
Lebih banyak
|
Gangguan
emosional daam keluarga
|
Depresi,
alkoholisme
|
Orientasi
seksual
|
Biseksual,
homoseksual
|
Di rawat
dirumah sakit jiwa sebelumnya
|
Sering dirawat
(dari rumah sakit jiwa)
|
Hasil dari
bantuan sebelumnya
|
Negative atau
bervariasi
|
Takut akan
kerugian dibidang finansial
|
Ya
|
Stress khusus
|
Ya
|
Tidur
|
Lebih banyak
tidur setiap malam
|
Perubahan
berat
|
Bertambah atau
berkuranh
|
Ide
dikejar-kejar
|
Ya
|
Impuls bunuh
diri
|
Ya
|
Rekasi
terhadap pewawancara
|
Negative
|
Dalam meninjau variable-variable penting ini,
penting ini diketahut bahwa kebanyakan individu yang bunuh diri tidak memiliki
semua atau bahkan sebagian terbesar dari karakteristik-karakteristik ini.
Iklim dan Musim
Awal tahun 1897, suatu survey terhadap banyak Negara
di Eropa menunjukkan bahwa masa enam bulan yang terpanas memilki angka bunuh
diri yang lebih tinggi dibandingkan masa enam bulan yang terdingin. Penemuan
yang lebih baru menunjukkan bahwa puncak bunuh diri terjadi pada akhir musim
semi atau awal musim panas (Pokorny, 1968). Alasan untuk pola ini tidak jelas, tetapi
ada kemungkinan bahwa optimism yang dialami banyak orang pada musim semi sangat
bertentangan dengan depresi dan keputusan yang dirasakan oleh orang-orang yang bunuh diri.
Penyebab
Untuk menjelaskan apa yang
menyebabkan orang bunuh diri yaitu. Pendekatan psikodinamik , Pendekatan
belajar , Pendekatan kognitif , Pendekatan fisiologis.
Pendekatan Psikodinamik
Bunuh diri disebabkan oleh banyak
hal, yaitu: (1) Melepaskan perasaan agresif terhadap objek yang hilang
yang sudah menjadi bagian dari diri sendiri (Freud); (2) Konflik dan
stres ; (3) Fantasi
Psikoanalisis. Freud pernah
menulis bahwa bunuh diri bisa disebut sebagai pembunuhan tersamar. Tujuan orang
bunuh diri bukan pertama-tama membinasakan diri, tetapi juga membinasakan orang
lain, yakni orang (objek) yang hilang telah
diindentifikasikannya. Disamping mencintai objek itu, mereka juga
menbenci objek itu karna pengkhianatan dan penolakannya. (Kemarahan yang
dialihkan ke diri sendiri itu dilihat sebagai penyebab depresi). Karena orang
itu tidak menyadari perasaan-perasaan agresif terhadap objek yang dicintai,
maka perasaan bunuh diri dari orang tidak kelihatan sebagai sesuatu yang
menyangkut objek yang hilang itu (Menninger, 1938). Beberapa ahli
mengemukakan bahwa orang yang kehilangan salah satu orang tuanya selama masa
kanak-kanak kelihatan berada pada risiko untuk mengalami depresi dan melakukan
bunuh diri. Dalam kasus tersebut, kesedihan dan kemarahan orang itu karna
ditinggalkan orang tua disimpan dalam ketidaksadaran sampai suatu pengalaman
kemudian terhadap kehilangan – penolakan cinta, perceraian, kematian dari
seseorang yang dicintai – memicu pelepasan rasa sakit dan kemarahan yang
didesak itu (Bowlby, 1973). Freud juga menghipotesiskan bila insting
mati menjadi lebih kuat daripada insting hidup yang mengandalikannya, maka
hasilnya adalah bunuh diri (Freud, 1920/1955 e).
Konflik dan Stres. Penjelasan
psikodinamik yang lebih kontemporer untuk bunuh diri adalah orang bunuh diri
untuk melarikan diri dari konflik dan stres (misalnya, pemisahan, kerugian
finansial yang berat, dan diagnosis penyakit yang berat).
Bukti lain untuk pengaruh stres
terhadap bunuh diri ialan selama deoresi yang dahsyat pada awal tahun 1930-an,
angka bunuh diri melonjak dari 10 individu per 100.000 menjadi 17,4 individu
per 100.000 dan juga di amerika meningkat selama resesi ekonomi pada
tahun 1970-an (National Institute of Mental Health, 1976; Wekstein, 1979).
Secara keseluruhan dapat dikatakan
bahwa tidakvdiragukan bahwa stres memainkan peranan yang penting dalam banyak
tindakan bunuh diri.
Depresi.
Diperkirakan bahwa sekurangnya 80% dari para penderita yang bunuh diri
mengalami depresi adalah 22 dan 36 kali lebih tinggi dibandingkan dikalangan
orang yang tidak mengalami depresi (Flood & Saeger, 1968; Kraft &
Babigian, 1976; Pokorny, 1964; Robins & Guze, 1972; Slater & Depue,
1981). Dengan demikian, kelihatan bahwa depresi menengahi hubungan antara
stres dan bunuh diri.
Fantasi. Faktor yang
penting dalam menentukan apakah salah seorang akan melakukan bunuh diri adalah
fantasi tentang apa yang akan dicapai oleh bunuh diri itu (Furst &
Ostow, 1979).
Identifikasi
dengan Objek yang Hilang. Dalam berbicara mengenai penyebab depresi itu dipicu
oleh suatu kehilangan yang menimbulakn stres. Apabila objek itu hilang karena
kematian, maka ada kemungkinan usaha untuk mengidentifikasikan diri dengan
orang yang hilang (mati) itu mengakibatkan bunuh diri.
Lahir
kembali. Fabtasi lain yang dikemukakan untuk memahami bunuh diri adalah fantasi lain
tentang lahir kembali sesudah kematian, orang yang sudah meninggal digambarkan
sebagai orang yang telah bebas dari beban duniawi ini dan pergi ke suatu
kehidupan yang baru disuatu tempat yang lebih baik. Akan teteapi, menarik kalau
dikemukakan bahwa banyak agama yang mengatakan bunuh diri sebagai dosa dan
orang yang bunuh diri itu ditolak untuk masuk surga.
Menghukum
Diri Sendiri. Apabila kita melakukan hal yang tidak disetujui, kita
sering menghukum diri sendiri dengan bermacam-macam cara, seperti membuang
suatu kenikamatan atau hal yang menyenangkan.
Balas
Dendam. Balas dendam mungkin berperan dalam bunuh diri karena kelihatan bahwa
seseorang melakukan bunuh diri untuk membuat orang disekitar mereka merasa
menyesal dan merasa bersalah, ini adalah pemikiran yang menarik dan pemikiran
ini sering kelihatan dalam pembicaraan mengenai bunuh diri, dengan demikian,
kita juga harus mempertimbangkan penjelasan-penjelasan yang lain.
Pendekatan Belajar
Berikut ini akan dibicarakan
kemungkinan bahwa gerak isyarat bunuh diri itu mungkin dilakukan dalam usaha
untuk mendapat hadiah (perhatian).
Imitasi. Bila
berhadapan dengan masalah, seseorang individu mungkin mendengar mengenai orang
lain yang bunuh diri, bunuh diri orang lain itu mungkin juga memberi kesan
sebagai suatu cara yang efektif untuk melakukan bunuh diri.
Bukti untuk akibat bunuh diri dari
imitasi bunuh diri didasarkan pada fakta bahwa angka bunuh diri meningkat
secara dramatis sesudah disampaikan ditelevisi atau surat kabar (Bollen
& Phillips, 1982).
Pengaruh Buruk Tingkah Laku (Behavioral
Contagion). Hanya memperolah ide untuk bunuh diri tidak cukup
untuk mengakibatkan terjadinya perbuatan tersebut. Akan tetapi, pengekangan
budaya terhadap bunuh diri. Pengaruh buruk tingkah laku terjadi apabila: (a)
Seorang individu ingin melakukan sesuatu (b) Dikekang untuk
melakukan itu karena masyarakat berkata bahwa tingkah laku itu salah (c) Melihat
salah seorang yang melakukan hal itu dan berhasil meloloskan diri dengan hal
itu, dan (d) Seseorang berpikir bahwa dia juga bisa melakukan hal itu.
Ancaman Bunuh diri dan Perhatian
atau Hadiah Interpersonal. Ancaman-ancaman dan gerak isyarat bunuh diri sering
digunakan untuk meminta bantuan atau untuk memanipulasi orang lain dan mendapat
hadiah (Bostock & Williams, 1975). Misalnya, seorang pria mengancam
akan bunuh diri karena wanita yang telah menjadi pacarnya memutuskan hubungan
itu dan menolak untuk menjumpainya. Dia menulis surat dan berkata “Tanpa mu,
kehidupan terasa hampa, kalau kamu tidak sempat menjumpaiku, aku akan
mengakhiri hidup ku”. Tetapi ancaman tersebut bukan dasar untuk suatu hubungan,
dengan demikian pada akhirnya dia melaporkan ancaman itu kepada polisi dan
berhenti menjumpainya.
Pendekatan Kognitif
Dalam pendekatan ini , keterampilan
memecahkan masalah yang tidak efektif dan keputusasaan merupakan mata rantai
antara stres dan bunuh diri.
Pemecahan Masalah yang Jelek dan
Ketegaran Kognitif. Penelitian memperlihatkan bahwa orang yang melakukan
bunuh diri adalah pemecah masalah yang kurang efektif dibanding dengan prang
yang tidak melakukan bunuh diri (Neuringer, 1964; Patsiokas et al, 1979;
Schotte & Clum, 1987).
Ketidakmampuan dalam memecahkan
masalah karena ketegaran kognitif dapat menimbulakn sejumlah implikasi yang
berat. Misalnya, pemecahan masalah yang tidak baik yang dihadapkan dengan
kesulitan finansial mungkin tidak mampu menemukan pemecahan yang efektif dan
mungkin hanya mengulangi tindakan yang pada awalnya menimbulkan situasi yang
sulit itu. Hal itu mungkin menyebabkan stres dan perasaan putus asa semakin
meningkat tanpa adanya pemecahan dan akan semkain memperkuat keinginan untuk
bunuh diri.
Keputusasaan. Faktor
penting lain dalam pendekatan kognitif terhadap bunuh diri adalah keputusasaan.
Sesungguhnya keputusasaan merupakan prediktornyang lebih baik dari niat untuk
bunuh diri daripada depresi pada umumnya.
Dalam salah satu tes tentang model
kognitif bunuh diri, para peneliti memeriksa tingkat keputusasaan dan pikiran
tentang bunuh diri pada orang-orang yang mengalami stres yang tinggi atau
rendah dalam kehidupannya dan siapa yang memiliki keterampilan baik atau buruk
dalam memecahkan masalah (Schotte & Clum, 1982). Secara keseluruhan
dapat dikatakan adanya bukti yang konsisten dan kuat bahwa stres dan
keterampilan yang jelek (tidak baik), perasaan putus asa itu erat hubungannya
dengan pikiran dan tingkah laku bunuh diri.
Delusi dan Halusinasi. Penting
untuk diperhatikan bahwa angka bunuh diri dikalangan orang yang menderita
skizofrenia adalah tinggi (Roy, 1983). Delusi dan halusinasi adalah
penjelasan kognitif untuk bunuh diri. Kelihatanny, bunuh diri dapat disebabkan
dua macam kognisi yang berbeda, yaitu: (a) kognisi normal yang
menyangkut keterampil untuk memecahkan masalah dan keputusasaan, dan (b)
kognisi abnormal yang menyangkut delusi dan halusinasi.
Alasan-alasan Kognitif untuk Tidak
Bunuh diri. Disini dikemukakan enam faktor yang diperlihatkan
dapat mereduksikan niat untuk bunuh diri, yaitu: (1) Kepercayaan akan
kelangsungan hidup dan penanggulangan, (2) Tanggung jawab terhadap keluarga,
(3) Perhatian terhadap anak, (4) Takut akan bunuh diri, (5) Takut dicela oleh
orang lain, (6) Keberatan-keberatan moral. Adanya kognisi ini membantu kita
untuk memahami apa sebabnya tidak setiap orang yang merasa putus asa melakukan
bunuh diri.
Pendekatan Fisiologis
Kelihatan bahwa perbedaan fisiologi
itu dihubungkan dengan penyebab depresi, dan kemudian menyebabkan bunuh diri.
Neurotransmiter, Depresi, dan Bunuh
diri. Akan disinggung lagi bahwa pembicaraan sebelumnya tingkat-tingkat
norepinefin dan serotonin yang rendah ada hubungannya dengan depresi. Ada dua
penjelasan mengenai tingkat-tingkat neurotransmiter yang rendah ini pada diri
orang yang bunuh diri. Pertama, stres dapat menyebabkan reduksi dalam
tingkat-tingkat neurotransmiter. Tetapi, tidak semua pasien yang bunuh diri
dengan tingkat neurotransmiter yang rendah mengalami stres yang tinggi. Kedua,
ada kemungkinan bahwa tingkat-tingkat neurotransmiter yang rendah ditemukan
dalam beberapa orang bunuh diri diwariskan.
Faktor-faktor Genetik. Untuk
menjelasakan warisan tersebut ada dikemukakan tiga macam penelitian, yakni : Penelitian
mengenai Keluarga, dalam usaha untuk menetapkan apakah warisan berperan
dalam tindakan bunuh diri. Hasilnya tetap menunjukkan bahwa kejadian bunuh diri
dikalangan sanak saudara dari orang-orang yang bunuh diri pada pokoknya lebih
tinggi daripada angka dari sanak saudara yang tidak melakukan bunuh diri. Penelitian
Saudara Kembar, suatu penelitian terhadap 149 pasang saudara kembar yang
salah seorang telah melakukan bunuh diri menunjukkan suatu angka konkordansi
yang jauh lebih tinggi di kalangan saudara identik (MZ, yaitu 18%) dibandingkan
dengan para saudara kembar bersaudara (D2; 0%) (Haberlandt, 1976). Penelitian
Saudara Angkat, ditemukan bahwa 57 saudara angkat yang melakukan bunuh diri
memiliki lebih banyak sanak saudara biologis yang bunuh diri dibandingkan 57
saudara angkat yang tidak bunuh diri. Tetapi, dalam mempertimbangkan penemuan
ini, tidak boleh disimpulkan diwariskan dan depresi itu kemudian menyebabkan
bunuh diri.
GANGGUAN-GANGGUAN PSIKOFISIOLOGIS
Gangguan-gangguan psikofisiologis
adalah kondisi-kondisi dimana konflik-konflik psikologis dan kecemasan menjadi
penyebab dari timbulnya bermacam-macam penyakit fisik.
Sistem organ tertentu yang akan
terpengaruh oleh reaksi psikofisiologis tergantung pada: (1) Sistem konstitusional
tertentu mungkin lemah; (2) Penyakit dan kecelakaan sebelumnya yang
diderita oleh yang bersangkutan; (3) Adanya suatu penyakit yang
menyerang sistim organ dalam sanak keluarga penderita; (4) Sifat dan
stres emosional; (5) Arti simbolis dari sistem organ tertentu bagi
penderita; dan (6) Keuntungan sekunder yang mungkin diperoleh penderita
melalui sintom yang dipilih (Gaerlan et al, 1969).
Stres
Stres
terjadi apabila individu terpaksa memberikan respon terhadapa perubahan yang
melemahkan individu sedemikian rupa sehingga dia harus memberikan respon dengan
lebih hebat lagi atau dalam jangka waktu yang lebih lama. Sebelum respon
terhadap stres dilakukan, terlebih dahulu individu harus menyadari bahwa ada
suatu masalah.
Respons Kognitif
Stres adalah
faktor psikologis utama yang ikut menyebabkan gangguan fisik. Setelah menyadari
adanya stres, individu dapat menanggulanginya atau mempertahankan diri
terhadapnya. Maka respons fisiologis digerakkan sehingga akibatnya rangsangan
fisiologis menjadi meningkat, dan rangsangan fisiologis yang meningkat itu bisa
menyebabkan gangguan-gangguan fisik.
Distres. Kesadaran
akan adanya stresor menyebabkan individu mengalami distres yang melibatkan
pikiran dan perasaan, seperti ketakutan, kebingungan, kecemasan, dan kekhawatiran.
Penanggulangan dan Pertahan. Cara lain
untuk menanggulangi stres adalah menggunakan pertahanan yang untuk sementara
mereduksikan distres tapi tidak menghilangkan masalah yang mendasar. Salah satu
pertahan yang sering efektif adalah penolakan atau apa yang kadang-kadang
disebut redefinisi situasi, lalu, pertahan lain yang efektif adalah
pikiran yang menghindar. Pikiran yang menghindar adalah dengan sengaja
mengalihkan pikiran tentang hal yang membingungkan dari diri sendiri.
Respon Fisiologis
Dalam
kebanyakan kasus, faktor yang sangat penting adalah respon fisiologis terhadapa
stresor dapat menyebabkan peningkatan rangsangan, seperti denyut jantung,
tekanan darah, tegangan otot meningkat dan produksi asam lambung yang bertambah
banyak. Sebelum berbicara mengenai respons tubuh tersebut, terlebih dahulu akan
diuraikan secara singkat organisasi dan fungsi sistem saraf.
Organisasi sistem dan Fungsi saraf. Sistem
tersebut dibagi menjadi dua bagian utama, yakni sistem saraf pusat dan sistem
saraf pinggir. Sistem saraf pusat terdiri dari otak serta urat saraf tulang
belakang, dan fungsi utamanya menafsirkan informasi dan memprakasai
respons-respons. Sebaliknya, sistem saraf pinggir adalah semua hubungan saraf
yang tidak terdapat dalam otak serta urat saraf tulang belakang, dan fungsi
utamanya adalah membawa semua informasi ke dan dari sistem saraf pusat.
Jalur Respons Fisiologis. Sistem saraf
memberikan respons terhadap stresor melalui dua jalur, yakni salah satu jalur
merangsang kelenjar pituitaria, yang pada gilirannya merangsang selaput adrenal
yang menyebabkan kortisol dilepaskan kedalam aliran darah. Jalur kedua adalah
rangsangan batang otak dan bagian dari urat saraf tulang belakang
yang pada gilirannya merangsang bagian dalam kelenjar adrenal untuk
mengeluarkan epinefrin.
Katekolamin yang Beredar versus
Katekolamin Pusat. Seperti diketahui bahwa epinefrin dan norepinefrin
memainkan peranan penting dalam respon terhadap stres karna keduanya
menyebabkan denyut jantung dan tekanan darah meningkat. Epinefrin dan
norenefrin adalah katekolamin dan bila mereka berada dalam aliran darah, maka
mereka disebut sebagai katekolamin yang beredar.
Tekanan darah tinggi atau
hipertensi (hypetension)
Penyakit
kardiovaskular yang lain ialah tekanan darah tinggi emosi-emosi yang kuatdan
kecemasankecemsan yang hebat dan berkelanjutan menjelma menjadi reaksi sematik
yanng langsung mengenai sistem prdaran darah sehingga pengaruhi detak jantung
dan perdaran darah. Percobaan menunjukan bahwa ketakutan , kecemasan, dan kemarahan
atau agresi yangcenderung meningkatakan tkanan darah dan memprcepat detak
jantung yang normal
Ada
dua macam tekanan darah tinggi, yaitu tekanan darah tinggi esensial yang sering
disebut juga tekanan darah tinggi primer dan tekanan darah tinggi sekunder.
Tekana darah tinggi esensial adalah tekanan darah inggi yang kronis dan tetap
bertahan ( dan dak pernah turun-turun) dan penyebab fisiknya tidak ditemuan, dnga demikian dasumsikan
bahwa tekanan darah tinggi itu disebabkan oleh faktor psikologis
Jika
tegangan-tegangan emosional berlangsung dalam jangka waktu lama dan sifatnya
kronis serta tidak apat direduksikan
dangan jalan penyesuaian diri dan mekanisme yang afektif. Penyebab
timbulnya penyakit dara tingi
Sedangkan
darah tinggi sekuder adalah tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh
fakto-faktor fisiologis yan diketahui, seperti pemakaian garm yang berlebihan terhadap makanan, kerukana
ginjal atau ateroslerosis. Disebut sekunder karena tekanan darah tinggi itu adalah samping dari gangguan fisik yang lain
dipusatkan pada tekanan darah tinggi esensial.
Tekanan
darah tinggi itu suatu gangguan yang meluas dan cukup berat diperkirakan 1 dari
6 orang dewasa mengalami tekanan darah tinggi
dan 90% orag mengalami tekanan darah tinggi esensial(Holmes, 1991)
Ada
dua macam tekanan darah : tekanan darah sistolik(systolic blood pressure)
adalah tekana darah yang tingkatannya tinggi dan terjadi sgera sesudah jantung
berdebyut ketika darah dipaksa melalui sistem. dan tekanan darah diastolik
(diastolic blood pressure) adalah tekanan darah yang tingkatannya rendah dan
terjadi segera sebelum sebelum jantung berdenyut. Meskipun ukurannya 120/80
dianggap normal tetapi tekanan darah sangat berbeda.
Individu-ondividu
bisanya didiagnosis bagai rang yang menderita tekanan darah tinggi apabila
merka memilii tekanan darah 140/90 atau lebih tinggi lagi (pickering, 1968)
kedua tekanan darah itu hars tinggi jika ada tekanan bermasalah dan tidak ada
kesepakatan apakah tigginya tenkanan darah sstolik atau diastolik. Ada beberapa
orang menderita tekanan darah rendah(hipotensi/ hypotesion) suatu masalah yang
berat tetapi menyebabkan individu merasa tiba-tiba pusing kalo langsung berdiri
kerana dalam waktu yang singkt dala teknan tidak mncukupi bagian darah untuk
mencapai otak.
Perkembangan
dari tekanan darah esensial ada dua tahap: pertama, stres menyebab kan tekanan
darah untuk sementara meningkat. Kedua, tkanan darah meningkat memnyebabkan
pembulu nadi membesar, dan pembulu nat itu dapat ditemukan oleh seperangkat
sensir yang disebut baroresptor(baroreceptors) yang kemudian mengirim sinyal
kesistem syaraf sentral untuk mereduksi tekanan darah.
Penyebab.
Faktor fisioligi – terutama stres sosial dan okupasioal- dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi. Teori psikosomatik awal mengemukakan bahwa tekana darah
yonggi esensial disebabkan oleh kemarahan yang selalu ditekan dan banyak bukti
mendukung petayaan
Perawatan dan pencegahan
Seoang
individu yang pembuu nadi koronerna terhambat mungkin harus menjalani
operasi yang dinamakan opersi linas koroner(coronaru
bypass surgery) uyang dilakuna dengan cara menbuang pembulu nadi yang terhambat
sehingga darah bisa mengalir dengan lancar sampai kejantung. Bermaca obat yang
digunakan untuk erawat penyakit kardiovaskular. Salah satu obat yang digunakan adalah
ddiuretik adalah obat mengurangi banyak cairan itu berkurangg, maka tekanan
dalam sistem kardiovaskularakan semakin berkurang.
Tekanan
dalam sistem kardiovaskular dapat juga direduksikan dengan obat beta blocker
yang meeduksikan denyut jantung. Obat ini disebut beta blocker karena dapat
merintangi transmisi sinaptik kepada apa yang disebut beta reseptor pada
sinapsi dari sistem syaraf simpatik. Langkah preventif yang tepat tidak
diambil, maka masalah masalah itu akan muncil lagi. Hal yang paling
penting upaya mencegah ada dua faktor
yakni makanan dan stres
Ada tiga strategi yang diguanakan
untuk mengurangi stres
·
Latihan biofeedbck
Respon –respon otonom dari sistem syaraf pinggir
(pariferi) pada umumnya tidak bisa dikontrol maka itulah sebabnya mengapa sulit
sekali mengontrol respon fisiologis terhadap stres
·
Senam aerobik
Progra-program senam aerobik juga diperhatikan lebih
efektif untuk rehabilitas fisiologi dan psikoligis bagi individu-individu
sesuang mengalami seranga jantung atau operasi lintas
·
Latihan menangani stres untuk
menghindari permusuhan atau mereduksika rangsangan yang menyertainya bproram ini meliputi bermacam-macam mengajar
individu untuk:
o
Memperbaiki komunikasi sehingga
permusuhan dapat dijauhi
o
Mengungkapka perasaan individu sehingga
tenang direduksikan
o
Menggunakan strategi untuk mencapai
tujuan yang tidak memerlukan rangsangan lama
o
Meetapka hadiah-hadiah untuk prestasi yang tidak memerlukan tingkah
laku yang mnyibukan diri
o
Menggunakan latihan-latihan relaksasi
sakit kepala
merupakan
salah satu penyebab yang menimbulkan rasa sakit, sakit kepala dapat disebabkan
oleh faktor-faktor emosional(tegangan emosional) oleh gangguan kardiovaskular
(pembulu nadi jantung ) yang menyebabkan meningkatnya tekanan intrakrasinial(
tekanan pada tengkorak).
Sakit kepala migrain
Menimbulakan
rasa sakit yang hebatdan benar-benar bisa melumpukan individu. Disamping rasa
sakt biasanya mual, muntah, sangat peka terhadap cahaya, dan merasa sangat
senang berada dikegelapan dan tempat yang dingin, sehinggat berlangsung jangka
waktu yang lama , rasa sakit beruah menjadi denyut-denyut menjadi rasa sakit
terus menerus rasa sakit itu berlangsung selama kurang 24 jam .
Penyebab
, penyempitan membatasi persediaan darah dan hal itu menyebabkan simtom-simtom,
ketika proes berlangsung, pembulu nadi krania berbah dari kadaan menyempitan
menjadi keadaan membesa. Ketika pembulu nadi itu membasar mereka menekan syaraf-syaraf disekitar yag
peka terhadap rasa sakit dan tekanan tersebut memyebabkan rasa sakit pada
kepala, ketika berlangsung terus, pembulu nadi yang sudah membasar itu meradang
dan menjadi kaku, dan dengan demikian rasa sakit yang berdenyut-denyut menjadi
rasa sakit yang berlangung terus menerus
Segi
oandang psiodinamik, umumnya orang menerima bahwasakit kepala migrain
desebabkan oleh teganagn aau stres akibat frustasi yang bekepanjangan. Tetapi,
pengaruh dari tegangan atau stres itu blum dapat dibuktikan(holmes, 1991)
Perawatan,
dengan menggunakan obat-obat stimulan seperti ergotamin tartarat dan kafeina.
Obat stimulan adalah efektif untuk mereduksikan raa sakit karena obat-obatan
tersebut menyebabkan pembulu-pembulu nadi membesar menjadi menyempit dan demikian, mereduksikan tekana pada
syaraf-syaraf disekitarnya peka akan rsa
sakit
Salah
satunya perawata psikologis yang diperkenalkan secara luas terhadap sakt kepala
migrain adalah apa yang dinamakan finger
temperature biofeedback, suatu perawatan yang dikembangankan secar kebetulan
(Holmes, 1991). Secra keseluruhan dapat dikatakan bahwa biofeed-back belum dipandang
efektif. Terlepas pada penemuan-penemuan ini, kaena metode ini diperkenalkan
secara luas dan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian kasus
awal serta daya tarik intuitif
Sakit kepala karena tegang (
tension headaches)
Sakit
kepala karna kotraksi otak ( muscle contraction headaches) adalah sangat umum.
Rasa sakit terus menerus biassannya terjadi pada sua sisi kepala, dan sangat
sering terjadi pertama-tama pada daerah frontal ( bagian depa kepala akni pada dahi) atau pada daerah suboksipital
( pada bagian beakang kepala atas tegkuk) rsa sakit kepala tegang disebbkan
karean otot-otot pada bagian yang skit menggerut pada jangka waktu yang lama.
Penyebab,
sumber rasa sakit itu tidak jelas tetapi
aa kemungkinan bahwa hal itu disebabkan oleh aliran darah an persediaan energi
yang berkurangg karena otor tetap
mengerut dalam jangka waktu yang lama. Kntraksi ptot yang berlangsunng
jangka lama itupada umumny disebabkan stres psikologis.
Perawatan,
pendekatan psikologis adalah mengajar individu-individu bagaimana caranya untuk
bersikap relaks pada umumnya dan bagaimana merelaksasikan otot-otot pada muka,
tengkuk, dan bahu. Dua pendekatan digunakan untuk mengajar
relaksasi(relaxation), yakni latihan relaksasi otot progresif (progressive
muscle relaxtion training) adalah suatu prosedur diana individu menegangkan dan
kemudian merelaksasikan, dan latian biofeedback elektromiografis(
electromyographic biofeedbac training) digunakan untuk meneliti aktiitas otot,
dan indivdu akan segera diberi feedback mengenai otot menegangkan
ataumengendur.
Ganguan – ganguan kekebalan
Unsur-unsur
yang menyebabkan penyakit dan keracunan, sepert bakteri, virus, jamus, dan
sebagainya. Jika dibiarkan tanpa dikontrol, unsur-unsur ini dapat menyebabkan
bermacam-macam penyakit, mlai dari pilek sampai kanker . telah dipelajari
bahwafakto-faktor psikologis sangat berperan fungsi sistem kekebalan.
Fungsi sistem kekebalan
Menyebabkan penyakit yang memasuki tubuu manusia pada
umumnya disbut antigen. Fungsi dan kekebalan adalah membinasakan antigen, dan
dmikan mencegah pennyakit. Melawa antigen adalah sel-sel darah putih yang
beredar dirseluruh tubuh manusia melalui daah. Sel-sel putih secara teknis
dinamakan leukosit.leukosis diproduksi dalam jaringan limpa dalam bongkol
limpa, sumsumtulan, limpa kecil, dan bagian dari limpa lambung dan usus.
Ada
tiga macam leukosit; limfosit, granulosit, dan monosit. Limosit dibagi menjadi
ua macam, yaki sel B dan sel T. Sel B
membiasakan antigen yang mengepun g dan
mengeluarkan zat-zat yag melumpuhkan antigen( dengan mracuninya). Sel t diabagi menjadi tia bagian : a. Sel pebulu
yang membinasakan dengan memakannya, b. Sel penolong, c. Sel penekan. Kmampuan kekebalan eorang individu diukur
dengan memasukan antigen yang lemah kedalem darah dan kemudian diuji untuk
menentkan apakan jumlah limosit melawan penykit itu bertambah kerna leukosit
melawan penyakit bertambah. Penting untk diketahui ada perbedaan individual
kemampusn kekebalan semakn kurang rensponsif seste kekebalan, maka semakin pula
kekebalan individu iu akan menderita penyakit
Faktor-faktor psikologis dan fungsi
sistem kekebalan
Pada
umumnya diterimabahwa kemampuan dan kekealan yang berkurang mengalami stres
yang merupakan faktor penengah dalam hubungan stres dan penyakit.
Kemampuan kekebalam berkuang,
kempuan kekebalan dapat mempengaruhi oleh faktor fisiollogis dan faktor
psikologis. Yang menarik banyak perhatian belakangan ini adala virus AIDS. Yang
membunuh limfositpada khususnya vius AIDS membunuh sel T penolong sehinggal
sisem tersebuttidak terangsang untuk menghasilkan sel pembunuh lebih banyak
ketika diserang oleh antigen. Karena tidak ada sel pembunuh yng cukup, maka
individu yang menderita AIDS meninggal karena bermacam penyakit, termasuk
radang paru-paru
Dalam
penelitian yang menghubungan stres kehidupan dengan penyakit diasumsikan bawa
sttres kehidupan yang tinggi menyebabkan kekurangan kekebalan tubuh yang akan
menyebakan peyakitkerana despresi adalah suau stresor., dapat disimpulan bahwa
stres psikologis pengaruh terhadap pengurangan kemampuan kekebalan yang pada
gilirannya mempengarhi kesehatan fisisk.
Kemampuan kekebalan bertambah, bwa
stres psikologis bertambah dan
meningkatkan dapat mengakibatkan
kemampuan kekebalan berkurang. Ada bukti bahwa penangan stres adalah
afektifuntuk menpengaruhi penngaruh dalam stres terhadap sistem kekebalan,
kebugaran aerobik berfungsi untk mengimbangipengaruh stres dalam hubungannya
dangan stres dan penyakit.
Kanker
Sekelompok
penyakit yang menyebabkan pengenbangbiakan sel-sel secara abnomal. Semua
genetik diprogramka untuk mengembangkan dirinya sendiri dan juga diprogramkan
untuk menghentika pengemangan tersebut. Sesuatu gangguan dalam mekanisme yang
menhentikan pengembangbiakan sel tersebut menyebabkan pertumbuhan abnormal yang
dinamakan timor.
Ada
dua tumor yaitu ; tumor ganas( malignant tumor) dapat menyeranng dan mematikan
jaringan disekitarnya sedangkan tumor lunak ( benign tumor) berdiri sendiri dan
menimbulkan masalah bila meneka jaringan
yang ada disekiar. Maka tumor pada akhirnya menghalangi atau membunuh suatu
janringan yang sangat penting untuk individu. Dan akhirnya individu akan mati.
Struktur
gen-gen yang mengontrol pengebangbiakan sel beruah secara spontan (kerusakan
dalam poroses pembagian sel) atau kerena terbuka pada zat asing yang disebut
karsinogen( zat yang menyebabkan kanker) karsnogen yang terkenal adalah rokok, asbes, dan sinar
ultraviolet
Hubunngan
antaa fungsi sistem kekebalan dan bahaya mengembangkan kanker digambarkan
dengan jelas dalam kasus orang yanng mengalami pencakokan akan menyadari organ
yang dicangkok itu sebagian suatu yang asing. Stres psikologis menurangi sistem
kekebalan kemungkkinan stres psikologis dapa menyebabkan perkembangan kanker
Faktor-faktor psikologis sebagai
penyebab kanker.seperti merokok, makanan, minum-minuman
beralkohol, dan terbuka terhadap sinar ultraviolet manyebabkan perkembangan
kanker, dan sejauh fakor-faktor itu berkaitan dengan ingkah laku, mak proses
psikologis dalam mengontrolnya
Kamungkinan
hubungan stres dan kanker dteliti dengan banyak cara. Lapora retrospektif untuk
membandingkan sejarah pengalaman yang menyebabkan stres dalam kehidupan orang
yang menderita kanker. Meskipun bnyak peneliti menunjukan adanya hubunan stres
da kanker , kesimpulan tersebut tidak bisa ditark dengan tegas, karena : (a)
penemuan itu kadang tidak konsisten antara penelitian yang satu dengan
penelitian yan lain, (b) pertanyaan mungkin dapat dikemukakan mengenai
validitas laporan tentang diri sendiri(self-reports), (c)adanya kemungkinan
meskipun para pasien yang menderita kanker mengalami stres yang lebih heba.
Hubungan
antara stres dan kanker iu diteliti adalah menggunakan peneltian prospektif
yaitu: (a)data yang dikelompok individu yang tidak diduga menderita kanker, (b)
para individu kemudian diteliti lagi untuk menentukan siapa yang mengembagkan
kanker, dan akhirnya (c) mereka mengembangkan kanker yang tidak mengembagkan
kanker berdasarkan data yang dikumpulkan
Hubungan
antara kepribadian dan kanker juga diteliti denan meriksa hubungan antara
kepribdian da lamanya hidup. Hasil dari penelitian menunjukn bahwa hakekatnya,
karakteristik-karakteristik sama yang ada hhubungannya engan suatu kemungkinan
lebih besar mengembangkan kanker ada juga dengan hubungannya dengan jangka
waktu yang pendek. Disimpulakan depresi, keputusaaan dab supresi emosi mungkin
ada hubungannya dengan perkmbanga kanker dan dengan lamanya hidup setelah
dilakukan diagnosis.
Teori
I : stres menyebabkan perkembangan karakteristik pribadian tertentu dan kanker.
Dengan demikaian karakteristik-karakteristik kepribadian secara tidak langsung
ada hubungannya dengan kanker karena stres yang mendasar.
Teori
II :
karakterisik – karakteristik kepribdian tertentu menyebabkan stres dan
stres yang laa iku menyebabkan perkembangan kanker
Secara
khusus dikemuakan bahwa kasus kanker yang disebabkan virus adanya stres
penyebab peningkatan pertumbuhan tumor dan penghentian stres bisa menyebabkan
penurunan tumor.tetapi dalam kasus kanker yang tidak disebabkan virus , adanya
stres penyebab penurunan tumor sedangan kan pemberentian stres bisa menybabkan
tumor
Penemuan
ini tidak harus bertentangan hipotesis bahwastres mempengaruhi fungsi sistem
kekebalan yang pada gilirannya mempengarui perkembangan kanker.
Perawatan psikologis terhadap
pasien kanker
·
Petama, kerana kanker sering menyebabkan
kematian, maaka kanker merupakan penyakit yang sangat berpotensial manimbulan
stres .
·
Kedua, kemoterapiyang hrus dijalani leh
banyak pasien kanker menimbulkan banyak akiat samping negatif, seperti rasa
sakit, muak, muntah serta psikolok telah aktf dan afektif dalam mengembangkan
program perawata yang mengurangi akibat samping
·
Ketiga, membantu para pasienyang menanggulangi
stres akibat amping kemotrapi, juga dilakukan
bebrapa usaha untuk menggunakan pendekatan psiklogis terhadap perawatan
kanker
Radang sendi rematik
Radang
sendi disebut juga artristik adalah suatu penyakit berupa rasa sakit pada
tulang ada 3 macam yaitu :
·
Oteoartritis, ialah kerusakan lapisan halus pada tulang sendi
·
Encok ( pembengkakan pada persendian )
·
Radang sendi rematik terjadi apabila
sistem kekebalan menyerang zat-zatyang memasuki tulang sendi dan dalam beberapa
prosesmeruka membran yag menutupi tulang sndi
Faktor
psikoogis yang ikut memnyebabkan radang sendi rematik. Penyebab
dari radang sendi rematik tidak dipahami sepenuhnya, tetapi sudah bertahun-tahn
didug bahwa faktor psikologis berperan dalam pekembangannya.
Stres
dan subtpe radang sendi rematik. Menunjukan suat
hubungan antara stres dan perkembangan radang sendi rematik, tetpi
daalmbermacam-macam kasus stres tidak ditemukan sebagai suatu faktor.
Effort syndrome dan post-power
syndrome
Effort
syndrome adalah reaksi somatik dalam btuk sekelompok tanda dan sintom penyakit
luka-luka atau kerusakan, sedangkan yang sangat populer post-power syndrome
ialah reasi somatok dalam benuk sekumpulan sintom penyakit , luk-luka, serta
kerusakan fungsi jasmaniah dan rohaniah yang bersifat progresif ilah pensiun
atau karena sudah tidak mempunyai jabata dan kerusakan lagi. Jka semuanya
berlarut-larut, maka akan mengakibatkan proses dementian yang berlangsung
cepat, merusak fungsi-fungsi organik, dan mengakibatkan macam-macam ganggua
mental lain yang bisa mempercepat kematiannya.
Penyakit kulit
Menetahui faktor-faktor psiogenik yang menyebabkan
penyakit-penyakit kulit, seperti eksim, gelegata, jerawat, gatal-gatal,
neurodermatosis(penyebab gatal-gatal pada kult yang sudah kronis), gaggun pada
selaput lendir mulut dan bibir, dan scleroderma(penyakit parah yang menyebabkan
semua lapian kulit mengeras dan kaku)faktor-faktor yang dilaporkan ialah
tendensiagresif yang kuat, kebuuhan-kebutuhab voyeuristis dan eksibionistik
yang tidak disadari, dan perasaan yang mengiringnya, yakni perasaan bersalah
dan malu.
Asma
Ganggua
berupa esulitan benafas yag disebabkan
kekejangan pada otot-otot saluran pernapasan da jugaoleh edema
(akumulasi caran darh pada jaringan sel selaput lendir dan saluran pernapasan
atau pipa udara). Serangan smatis sering ali berakhir dngan batuk-batuk kejang.
Konflik seperti ini ditemukan pada sebagian pola kepribadian dan penyakit asma
mungkin terdapat individu-individu yag
mennnjukan sifat-sifat berlawanan, seperti misalnya sensiif(peka), agresif,
ambisius, dan kompulsif.
Penyakit otot kerangka
Berupa
radang sendi rematik (rheumatoid arthritik), sakt punggung, dan kejang otot.
Peranan faktor emosional dalam menimbulkan gangguan ini dapat dipahami dengan
baik kaena ada hubungan yang erat antara tegangan dan pelepasannya memalui
kegiata otot.
Sakit punggung
Sakit
punggung dibawah ni sering dilaporkan pada berbagian gguuan neurotik. Ini
mugkin disebabkan karena terus menerus tegang atau juga disebabkan yang sangat
berat
Kejang otot
Gangguan-gangguan
psikodinamik tidak selalu di diagnosis dengan emosi sebagai penyebabnya,
gangguan psikosomatik itu untk sebagian besar hanya sedikit atau hanya
sementara saja menghilangkan kemampuan. Gangguan psikosomatik haya terbatas
pada difungsi somatik padaorgan-organ yang terkontrol oleh istem syarf otonomi,
edegankan histeria konveri terbatas pada sintom-sintom seperti kelumpuhan dan
mestesia yang terjadi pada organ-organ yang dirangsang oleh bagian urat saraf
otak besar dan tulang belakang.
Disusun oleh:
Elfa Haifa Ramdhaniah (12512451)
DAFTAR PUSTAKA
Anthe, G.W, Baldessarini,R.J,&Ornsteen,”Influence of
Catecholamines on Nucleitida-Induced
Platelet
Aggregation”, Nature,
1966.212.415-417
Buker,F.M.”Black Youth Suicide: Literature Review with a
Focus on Prevention”, jurnal of the
national
Medical Association,1990.82.493-507
Baker,G.H.”Life Events Before the Onzeiof Rhematoid
Arthritis”, Psychoterapy and
Psychosomatics,1982.38,173-177.